Sebuah renungan : Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.

Mengapa Al-Quran Berbahasa Arab?

Add caption

Setiap saat, lahir orang-orang alim yang mampu menghapal isi kandungan Kitab Suci Al-Quran. Walaupun, orang buta atau anak kecil. Itulah bedanya dengan Kitab Suci lain
“Mengapa Al-Quran diturunkan kepada seorang Nabi yang miskin dan buta huruf (ummiy)? Mengapa tidak diberikan kepada pembesar Mekkah maupun Tha’if saja?” Pertanyaan seperti ini sering terjadi. Sama halnya dengan pernyataan, “Mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab?”
Islam membebani orang-orang yang berilmu untuk menyampaikan ilmunya kepada orang banyak (orang lain). Ilmu bukan untuk dimiliki sendiri, tetapi harus disebarkan kepada masyarakat, dengan demikian, islam mengharapkan agar para pemeluknya menjadi orang-orang yang berilmu dan mengajarkannya kepada orang lain serta mengamalkannya. Perhatikan hadis dibawah ini: قَََََََََالُوا بَلَّغَ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ ِليُبَلِّغِ الشَّا هِدُ اْلغَاءِبَ.رواه البُخَا رِىّ مسلم.ٌ Artinya: “Hendaklah orang yang hadir mendengarkan ajaranku ini dan kemudian menyampaikannya kepada yang tidak hadir”. (HR. Bukhori Muslim) . Penghargaan patut kita berikan kepada orang-orang yang telah berjasa dalam mengajarkan ilmu tentang agama maupun yang lainnya, baik berupa material maupun non material. Karena berkat jasa merekalah masyarakat jadi lebih mengetahui tentang sesuatu yang seharusnya diketahui oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat dan agama. II. PEMBAHASAN Jika kita mengingat kembali sejarah perjalanan Rasulullah SAW, bahwa Beliau juga ikut berusaha untuk menutupi kebutuhan hidup di rumah tangganya dan bukan menunggu sedekah dan hadiah orang, walaupun secara tidak langsung bertani dan berkebun. Sejarah beliau semenjak kecil tidak mau ikut menumpangkan hidup kepada nenek dan paman beliau, tetapi paling tidak menerima upah dari hasil menggembalakan kambing, untuk membantu nenek dan pamannya. Beliau mengajarkan agar kita jangan jadi beban orang lain dan mempraktekkannya langsung. Dan banyak sekali jalan yang diperbolehkan oleh agama dan negara sebagai perantara untuk mendapatkan hasil dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarga. أخبرنا أبو عبد الله الحا فظ، ثنا ابو يحي أحمد بن محمد بن إبرا هيم السمر قندى، ثنا أبو عبد الله محمد بن نصر، ثنا عبيد الله بن عمر القوا ر يري، ثنا يو سف بن يزيد يعنى أبا معسر البراء، ثنا عبيد الله بن الأخنس، عن ابن ابي مليكة، عن ابن عبا س أن نفرا من اصحا ب رسو ل الله ص م مرو بماء وفيهم لديغ أوسليم فعرض لهم رجل من أهل اللماء فقال لهم: هل فيكم من راق إن في الماء رجلا لديغا أو سليما فا نطلق رجل منهم فقرأ أم الكتاب على شاء فبرأ، فجاء بالشاء الى أصحابه فكر هوا ذلك وقالوا: أخذت على كتاب الله أجرا فأتى رسول لله صم: فأخبره بما كان، فقال رسول لله ص م: إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْ تُمْ عَلَيْهِ أَجرًا كِتَابُ ا للهِ عَزَوَجَلَ. (رواه البخري في الصحيح عن سيدان بن مضارب عن أبي معشر). وَعَنِ ابْْنِ عبا س رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْ تُمْ عَلَيْهِ أَجرًا كِتَابُ ا للهِ عَزَوَجَلَ. (رواه البخري). Artinya: Ibnu Abbas RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa sesuatu yang lebih patut kamu terima upahnya ialah Kitab Allah. (HR. Bukhori) . Ulasan: Hadis ini menjelaskan bahwa menerima upah atau gaji dari membaca dan mengajarkan al-Qur’an tidak haram, bahkan ada hadis yang menerangkan ada mahar nikah dibayar dengan mengajarkan surat al-Fatihah oleh suami. Jadi, tidak haram menerima: 1. Pemberian sehabis membaca al-Qur’an, tetapi tidak diperjual belikan. 2. Upah atau gaji karena mengajarkan membacanya. 3. Honorarium mengarang buku-buku agama. 4. Keuntungan mencetak al-Qur’an, tafsirnya dan lain-lain. Itu termasuk usaha dan Mendakwahkan Agama, untuk mendapatkan ajrunya dari Allah SWT ialah dengan meniatkan bahwa usaha itu untuk Dakwah Islamiyah dan karena Allah SWT, menurut pendapat K. H. Kahar Masyhur dalam bukunya “ Bulughul Maram” juj I, menyebutkan bahwa seharusnyalah upah dan gaji mereka diperhatikan baik-baik dan jumlahnya kira-kira memenuhi, agar terjamin kehidupan mereka dan keluarganya. Alangkah baiknya, jika ada sesuatu badan yang memikirkan dan mengurus ekonomi mereka itu, sebab mereka berbuat untuk kepentingan umat islam (umum). Kadang-kadang ada umat islam yang memandang remeh jika seorang ustadz menerima upah, gaji, atau honor, dan lainnya sebagai balas jasa. Itu pemikiran yang keliru. Bukankah mereka juga manusia dan pula berkeluarga, jika ekonomi mereka tidak terjamin, sehingga mereka mogok, maka seluruh masyarakat kegelapan penerangan agama. jadi, itu termasuk fardu kifayah. أخبرنا أبوطاهر الفقيه، ثنا ابوحا مدبن بلال البزاز، ثنا الزعفراني يعنى الحسن بن محمد بن الصباح، ثنا إبراهيم بن مهدى، ثنا عبد الله بن جعفر، أخبرني سهيل بن أبي صالح، عن أبيه، عن أبي هريرة قال: قال النبي ص م: أَعْطُوا اْلاَجِيْر أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقَةُ. (رَوَهُ ابْنُ مَا جَهْ) وَعَنِ ابْْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَعْطُوااْلأَجِيْرَأَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَ قَهُ.رَوَهُ ابْنُ مَا جَهْ. وَفِى اْلبَابِ عَنْ أَبِى هُرَ يْرَةَ رَضِي الله عنه عِنْدَ أَبِى يَعْلَى وَالْبَيْهَقِىِّ، وَجَا بِرٍ عِنْدَ الطَّبْرَانِى وَكُلٌُّهَاضِعَافٌ. Artinya: Ibnu Umar RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bayarlah upah atau gaji itu sebelum kering keringat pekerjanya” Sebagian praktek kadang-kadang menyalah gunakan maksud hadis ini, yaitu setelah yang menerima upah menerima upahnya, maka dia lari dan tidak menyelesaikan pekerjaannya. Hal itu baik pula diperhatikan sehingga tidak terjadi korban penipuan orang jahat. DAFTAR PUSTAKA Masyhur, K. H. Kahar, Bulughul Maram Juj I, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1992), hlm. 514- 516. Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubro Juz 6. Abdussami, Humaidy dan Tahrir, Masnun Islam dan Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: LKiS, Hlm. 30 Imam Bukhori Sumber dari: http://www.tokoblog.net/2011/03/hukum-upah-dalam-mengajarkan-agama.html#.T7SQKlI35IA Copyright by www.tokoblog.net. Terima kasih menyantumkan sumber artikel toko blog
aaaIslam membebani orang-orang yang berilmu untuk menyampaikan ilmunya kepada orang banyak (orang lain). Ilmu bukan untuk dimiliki sendiri, tetapi harus disebarkan kepada masyarakat, dengan demikian, islam mengharapkan agar para pemeluknya menjadi orang-orang yang berilmu dan mengajarkannya kepada orang lain serta mengamalkannya. Perhatikan hadis dibawah ini: قَََََََََالُوا بَلَّغَ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ ِليُبَلِّغِ الشَّا هِدُ اْلغَاءِبَ.رواه البُخَا رِىّ مسلم.ٌ Artinya: “Hendaklah orang yang hadir mendengarkan ajaranku ini dan kemudian menyampaikannya kepada yang tidak hadir”. (HR. Bukhori Muslim) . Penghargaan patut kita berikan kepada orang-orang yang telah berjasa dalam mengajarkan ilmu tentang agama maupun yang lainnya, baik berupa material maupun non material. Karena berkat jasa merekalah masyarakat jadi lebih mengetahui tentang sesuatu yang seharusnya diketahui oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat dan agama. II. PEMBAHASAN Jika kita mengingat kembali sejarah perjalanan Rasulullah SAW, bahwa Beliau juga ikut berusaha untuk menutupi kebutuhan hidup di rumah tangganya dan bukan menunggu sedekah dan hadiah orang, walaupun secara tidak langsung bertani dan berkebun. Sejarah beliau semenjak kecil tidak mau ikut menumpangkan hidup kepada nenek dan paman beliau, tetapi paling tidak menerima upah dari hasil menggembalakan kambing, untuk membantu nenek dan pamannya. Beliau mengajarkan agar kita jangan jadi beban orang lain dan mempraktekkannya langsung. Dan banyak sekali jalan yang diperbolehkan oleh agama dan negara sebagai perantara untuk mendapatkan hasil dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarga. أخبرنا أبو عبد الله الحا فظ، ثنا ابو يحي أحمد بن محمد بن إبرا هيم السمر قندى، ثنا أبو عبد الله محمد بن نصر، ثنا عبيد الله بن عمر القوا ر يري، ثنا يو سف بن يزيد يعنى أبا معسر البراء، ثنا عبيد الله بن الأخنس، عن ابن ابي مليكة، عن ابن عبا س أن نفرا من اصحا ب رسو ل الله ص م مرو بماء وفيهم لديغ أوسليم فعرض لهم رجل من أهل اللماء فقال لهم: هل فيكم من راق إن في الماء رجلا لديغا أو سليما فا نطلق رجل منهم فقرأ أم الكتاب على شاء فبرأ، فجاء بالشاء الى أصحابه فكر هوا ذلك وقالوا: أخذت على كتاب الله أجرا فأتى رسول لله صم: فأخبره بما كان، فقال رسول لله ص م: إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْ تُمْ عَلَيْهِ أَجرًا كِتَابُ ا للهِ عَزَوَجَلَ. (رواه البخري في الصحيح عن سيدان بن مضارب عن أبي معشر). وَعَنِ ابْْنِ عبا س رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْ تُمْ عَلَيْهِ أَجرًا كِتَابُ ا للهِ عَزَوَجَلَ. (رواه البخري). Artinya: Ibnu Abbas RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa sesuatu yang lebih patut kamu terima upahnya ialah Kitab Allah. (HR. Bukhori) . Ulasan: Hadis ini menjelaskan bahwa menerima upah atau gaji dari membaca dan mengajarkan al-Qur’an tidak haram, bahkan ada hadis yang menerangkan ada mahar nikah dibayar dengan mengajarkan surat al-Fatihah oleh suami. Jadi, tidak haram menerima: 1. Pemberian sehabis membaca al-Qur’an, tetapi tidak diperjual belikan. 2. Upah atau gaji karena mengajarkan membacanya. 3. Honorarium mengarang buku-buku agama. 4. Keuntungan mencetak al-Qur’an, tafsirnya dan lain-lain. Itu termasuk usaha dan Mendakwahkan Agama, untuk mendapatkan ajrunya dari Allah SWT ialah dengan meniatkan bahwa usaha itu untuk Dakwah Islamiyah dan karena Allah SWT, menurut pendapat K. H. Kahar Masyhur dalam bukunya “ Bulughul Maram” juj I, menyebutkan bahwa seharusnyalah upah dan gaji mereka diperhatikan baik-baik dan jumlahnya kira-kira memenuhi, agar terjamin kehidupan mereka dan keluarganya. Alangkah baiknya, jika ada sesuatu badan yang memikirkan dan mengurus ekonomi mereka itu, sebab mereka berbuat untuk kepentingan umat islam (umum). Kadang-kadang ada umat islam yang memandang remeh jika seorang ustadz menerima upah, gaji, atau honor, dan lainnya sebagai balas jasa. Itu pemikiran yang keliru. Bukankah mereka juga manusia dan pula berkeluarga, jika ekonomi mereka tidak terjamin, sehingga mereka mogok, maka seluruh masyarakat kegelapan penerangan agama. jadi, itu termasuk fardu kifayah. أخبرنا أبوطاهر الفقيه، ثنا ابوحا مدبن بلال البزاز، ثنا الزعفراني يعنى الحسن بن محمد بن الصباح، ثنا إبراهيم بن مهدى، ثنا عبد الله بن جعفر، أخبرني سهيل بن أبي صالح، عن أبيه، عن أبي هريرة قال: قال النبي ص م: أَعْطُوا اْلاَجِيْر أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقَةُ. (رَوَهُ ابْنُ مَا جَهْ) وَعَنِ ابْْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَعْطُوااْلأَجِيْرَأَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَ قَهُ.رَوَهُ ابْنُ مَا جَهْ. وَفِى اْلبَابِ عَنْ أَبِى هُرَ يْرَةَ رَضِي الله عنه عِنْدَ أَبِى يَعْلَى وَالْبَيْهَقِىِّ، وَجَا بِرٍ عِنْدَ الطَّبْرَانِى وَكُلٌُّهَاضِعَافٌ. Artinya: Ibnu Umar RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bayarlah upah atau gaji itu sebelum kering keringat pekerjanya” Sebagian praktek kadang-kadang menyalah gunakan maksud hadis ini, yaitu setelah yang menerima upah menerima upahnya, maka dia lari dan tidak menyelesaikan pekerjaannya. Hal itu baik pula diperhatikan sehingga tidak terjadi korban penipuan orang jahat. DAFTAR PUSTAKA Masyhur, K. H. Kahar, Bulughul Maram Juj I, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1992), hlm. 514- 516. Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubro Juz 6. Abdussami, Humaidy dan Tahrir, Masnun Islam dan Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: LKiS, Hlm. 30 Imam Bukhori Sumber dari: http://www.tokoblog.net/2011/03/hukum-upah-dalam-mengajarkan-agama.html#.T7SQKlI35IA Copyright by www.tokoblog.net. Terima kasih menyantumkan sumber artikel toko blog
Islam membebani orang-orang yang berilmu untuk menyampaikan ilmunya kepada orang banyak (orang lain). Ilmu bukan untuk dimiliki sendiri, tetapi harus disebarkan kepada masyarakat, dengan demikian, islam mengharapkan agar para pemeluknya menjadi orang-orang yang berilmu dan mengajarkannya kepada orang lain serta mengamalkannya. Perhatikan hadis dibawah ini: قَََََََََالُوا بَلَّغَ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ ِليُبَلِّغِ الشَّا هِدُ اْلغَاءِبَ.رواه البُخَا رِىّ مسلم.ٌ Artinya: “Hendaklah orang yang hadir mendengarkan ajaranku ini dan kemudian menyampaikannya kepada yang tidak hadir”. (HR. Bukhori Muslim) . Penghargaan patut kita berikan kepada orang-orang yang telah berjasa dalam mengajarkan ilmu tentang agama maupun yang lainnya, baik berupa material maupun non material. Karena berkat jasa merekalah masyarakat jadi lebih mengetahui tentang sesuatu yang seharusnya diketahui oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat dan agama. II. PEMBAHASAN Jika kita mengingat kembali sejarah perjalanan Rasulullah SAW, bahwa Beliau juga ikut berusaha untuk menutupi kebutuhan hidup di rumah tangganya dan bukan menunggu sedekah dan hadiah orang, walaupun secara tidak langsung bertani dan berkebun. Sejarah beliau semenjak kecil tidak mau ikut menumpangkan hidup kepada nenek dan paman beliau, tetapi paling tidak menerima upah dari hasil menggembalakan kambing, untuk membantu nenek dan pamannya. Beliau mengajarkan agar kita jangan jadi beban orang lain dan mempraktekkannya langsung. Dan banyak sekali jalan yang diperbolehkan oleh agama dan negara sebagai perantara untuk mendapatkan hasil dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarga. أخبرنا أبو عبد الله الحا فظ، ثنا ابو يحي أحمد بن محمد بن إبرا هيم السمر قندى، ثنا أبو عبد الله محمد بن نصر، ثنا عبيد الله بن عمر القوا ر يري، ثنا يو سف بن يزيد يعنى أبا معسر البراء، ثنا عبيد الله بن الأخنس، عن ابن ابي مليكة، عن ابن عبا س أن نفرا من اصحا ب رسو ل الله ص م مرو بماء وفيهم لديغ أوسليم فعرض لهم رجل من أهل اللماء فقال لهم: هل فيكم من راق إن في الماء رجلا لديغا أو سليما فا نطلق رجل منهم فقرأ أم الكتاب على شاء فبرأ، فجاء بالشاء الى أصحابه فكر هوا ذلك وقالوا: أخذت على كتاب الله أجرا فأتى رسول لله صم: فأخبره بما كان، فقال رسول لله ص م: إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْ تُمْ عَلَيْهِ أَجرًا كِتَابُ ا للهِ عَزَوَجَلَ. (رواه البخري في الصحيح عن سيدان بن مضارب عن أبي معشر). وَعَنِ ابْْنِ عبا س رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْ تُمْ عَلَيْهِ أَجرًا كِتَابُ ا للهِ عَزَوَجَلَ. (رواه البخري). Artinya: Ibnu Abbas RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa sesuatu yang lebih patut kamu terima upahnya ialah Kitab Allah. (HR. Bukhori) . Ulasan: Hadis ini menjelaskan bahwa menerima upah atau gaji dari membaca dan mengajarkan al-Qur’an tidak haram, bahkan ada hadis yang menerangkan ada mahar nikah dibayar dengan mengajarkan surat al-Fatihah oleh suami. Jadi, tidak haram menerima: 1. Pemberian sehabis membaca al-Qur’an, tetapi tidak diperjual belikan. 2. Upah atau gaji karena mengajarkan membacanya. 3. Honorarium mengarang buku-buku agama. 4. Keuntungan mencetak al-Qur’an, tafsirnya dan lain-lain. Itu termasuk usaha dan Mendakwahkan Agama, untuk mendapatkan ajrunya dari Allah SWT ialah dengan meniatkan bahwa usaha itu untuk Dakwah Islamiyah dan karena Allah SWT, menurut pendapat K. H. Kahar Masyhur dalam bukunya “ Bulughul Maram” juj I, menyebutkan bahwa seharusnyalah upah dan gaji mereka diperhatikan baik-baik dan jumlahnya kira-kira memenuhi, agar terjamin kehidupan mereka dan keluarganya. Alangkah baiknya, jika ada sesuatu badan yang memikirkan dan mengurus ekonomi mereka itu, sebab mereka berbuat untuk kepentingan umat islam (umum). Kadang-kadang ada umat islam yang memandang remeh jika seorang ustadz menerima upah, gaji, atau honor, dan lainnya sebagai balas jasa. Itu pemikiran yang keliru. Bukankah mereka juga manusia dan pula berkeluarga, jika ekonomi mereka tidak terjamin, sehingga mereka mogok, maka seluruh masyarakat kegelapan penerangan agama. jadi, itu termasuk fardu kifayah. أخبرنا أبوطاهر الفقيه، ثنا ابوحا مدبن بلال البزاز، ثنا الزعفراني يعنى الحسن بن محمد بن الصباح، ثنا إبراهيم بن مهدى، ثنا عبد الله بن جعفر، أخبرني سهيل بن أبي صالح، عن أبيه، عن أبي هريرة قال: قال النبي ص م: أَعْطُوا اْلاَجِيْر أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقَةُ. (رَوَهُ ابْنُ مَا جَهْ) وَعَنِ ابْْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَعْطُوااْلأَجِيْرَأَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَ قَهُ.رَوَهُ ابْنُ مَا جَهْ. وَفِى اْلبَابِ عَنْ أَبِى هُرَ يْرَةَ رَضِي الله عنه عِنْدَ أَبِى يَعْلَى وَالْبَيْهَقِىِّ، وَجَا بِرٍ عِنْدَ الطَّبْرَانِى وَكُلٌُّهَاضِعَافٌ. Artinya: Ibnu Umar RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bayarlah upah atau gaji itu sebelum kering keringat pekerjanya” Sebagian praktek kadang-kadang menyalah gunakan maksud hadis ini, yaitu setelah yang menerima upah menerima upahnya, maka dia lari dan tidak menyelesaikan pekerjaannya. Hal itu baik pula diperhatikan sehingga tidak terjadi korban penipuan orang jahat. DAFTAR PUSTAKA Masyhur, K. H. Kahar, Bulughul Maram Juj I, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1992), hlm. 514- 516. Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubro Juz 6. Abdussami, Humaidy dan Tahrir, Masnun Islam dan Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: LKiS, Hlm. 30 Imam Bukhori Sumber dari: http://www.tokoblog.net/2011/03/hukum-upah-dalam-mengajarkan-agama.html#.T7SQKlI35IA Copyright by www.tokoblog.net. Terima kasih menyantumkan sumber artikel toko blog

CUPLIKAN SEKILAS SEBAGIAN KITAB-KITAB HADITS

Kaum muslim para pecinta hadits hendaklah mendalami kitab-kitab sunan seperti Kutub as-Sittah, al-Muwaththa’ karya Imam Malik, dan Musnad karya Imam Ahmad.

Yang dimaksud dengan Kutub as-Sittah; adalah ash-Shahihain, Sunan Abu Dawud, Jami’ at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i dan Sunan Ibnu Majah.

Yang dimaksud dengan kitab Sunan adalah kitab yang ditulis dengan mengikuti urutan bab fiqh, seperti Iman, Thaharah, salat, zakat, dan seterusnya, dan kebanyakan berisi hadits marfu’, sedikit dan jarang sekali memuat khabar mauquf. (Ar-Risalah al-Mustathrafah, al-Kutabi, h.32, dengan perubahan redaksi)

SUNAN ABU DAWUD

Penyusunnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishaq al-Azdi as-Sijistani. Beliau mengkhususkan kitabnya dengan hadits-hadits hukum, di dalamnya tidak terdapat kitab zuhud dan fadha-ilul a’mal. Di dalam surat beliau kepada penduduk Makkah, dalam mengomentari kitabnya sendiri (h.34), beliau berkata, “Dan tidaklah aku menyusun di dalam kitab as-Sunan ini melainkan hadits-hadits hukum, tidak aku masukkan kitab zuhud, fadha-ilul a’mal dll.”

Kitab beliau yang bernama as-Sunan adalah salah satu kitab yang sangat dibutuhkan, hanya saja beliau tidak mempersyaratkan derajat sahih untuk hadits yang tercantum di dalamnya. Sehingga di dalamnya berisi hadits sahih, hasan, shalih, dla’if, dan munkar.

الباعث الحثيث في اختصار علوم الحديث

للحافظ ابو الفداء اسماعيل ابن كثير
(المكتبة الشاملة, اصدار الثاني)


بسم الله الرحمن الرحيم
قال شيخنا الإمام العلامة، مفتي الإسلام، قدوة العلماء، شيخ المحدثين، الحافظ المفسر، بقية السلف الصالحين، عماد الدين، أبو الفداء إسماعيل بن كثير القرشي الشافعي، إمام أئمة الحديث والتفسير بالشام المحروس، فسح الله للإسلام والمسلمين في أيامه، وبلغه في الدارين قصده ومرامه: الحمد لله، والسلام على عباده الذين اصطفى.
" أما بعد " : فإن علم الحديث النبوي - على قائله أفضل الصلاة والسلام - قد اعتنى بالكلام فيه جماعة من الحفاظ قديماً وحديثاً، كالحاكم والخطيب، ومن قبلهما من الأئمة، ومن بعدهما من حفاظ الأمة. ولما كان من أهم العلوم وأنفعها أحببت أن أعلق فيه مختصراً نافعاً جامعاً لمقاصد الفوائد، ومانعاً من مشكلات المسائل الفرائد. وكان الكتاب الذي اعتنى بتهذيبه الشيخ الإمام العلامة، أبو عمر بن الصلاح تغمده الله برحمته - من مشاهير المصنفات في ذلك بين الطلبة لهذا الشأن، وربما عُني بحفظه بعض المهرة من الشبان، سلكت وراءه، واحتذيت حذاءه، واختصرت ما بسطه، ونظمت ما فرطه. وقد ذكر من أنواع الحديث خمسة وستين، وتبع في ذلك الحاكم أبا عبد الله الحافظ النيسابوري شيخ المحدثين. وأنا - بعون الله - أذكر جميع ذلك، مع ما أضيف إليه من الفوائد الملتقطة من كتاب الحافظ الكبير أبي بكر البيهقي، المسمى " بالمدخل إلى كتاب السنن " . وقد اختصرته أيضاً نحو من هذا النمط، من غير وكس ولا شطط، والله المستعان، وعليه الاتكال.

ذكر تعداد أنواع الحديث

Dalil Thalabun Nushrah

695 - حدثنا أبو عبد الرحمن محمد بن الحسين السلمي قال : أنبأنا أبو بكر محمد بن إسماعيل الفقيه الشاشي قال : حدثنا الحسن بن صاحب بن حميد الشاشي قال : حدثني عبد الجبار بن كثير الرقي قال : حدثنا محمد بن بشر اليماني ، عن أبان بن عبد الله البجلي ، عن أبان بن تغلب ، عن عكرمة ، عن ابن عباس قال : حدثني علي بن أبي طالب ، من فيه قال : لما أمر الله تبارك وتعالى رسوله صلى الله عليه وسلم أن يعرض نفسه على قبائل العرب ، خرج وأنا معه ، وأبو بكر رضي الله عنه ، فدفعنا إلى مجلس من مجالس العرب ، فتقدم أبو بكر رضي الله عنه وكان مقدما في كل خير ، وكان رجلا نسابة فسلم ، وقال : ممن القوم ؟ قالوا : من ربيعة . قال : وأي ربيعة أنتم ؟ أمن هامها أي من لهازمها ؟ فقالوا : من الهامة (1) العظمى ، فقال أبو بكر رضي الله عنه : وأي هامتها العظمى أنتم ؟ قالوا : من ذهل الأكبر قال : منكم عوف الذي يقال له : لا حر بوادي عوف ؟ قالوا : لا . قال : فمنكم جساس بن مرة حامي الذمار ، ومانع الجار ؟ قالوا : لا . قال : فمنكم بسطام بن قيس أبو اللواء ، ومنتهى الأحياء ؟ قالوا : لا . قال : فمنكم الحوفزان قاتل الملوك وسالبها أنفسها ؟ قالوا : لا .