Sebuah renungan : Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.

Untuk dokter & mahasiswa kedokteran..

بسم الله الرحمن الرحيم
Untuk saudaraku yang kucintai karena Alloh, yang berpegang teguh dengan Islam,  para dokter dan mahasiswa kedokteran di manapun berada, untuk Anda semua aku hadiahkan terjemahan ini. Semoga usaha yang secuil ini bermanfaat.
Barangkali tidak semua isi tulisan ini mampu direalisasikan, namun setidaknya sebagai seorang yang berpredikat muslim, hendaklah ada usaha sebatas kemampuan yang Alloh berikan. Anda semua tahu, hidup di dunia adalah perjuangan yang sebentar, namun sebagai penentu hari esok yang abadi.
 Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam kitab beliau Al-Fawaaid berkata: “Ketika orang beriman mengetahui akan hina dan rendahnya dunia, maka dia memerangi hawa-hawa nafsu untuk menyongsong kehidupan abadi. Ketika terbangun dari tidur keterlenaan, dia bergegas bagaikan menghadapi musuh di medan perang. Setiap kali tertimpa kepahitan hidup, dia teringat dengan firman Alloh, “Inilah harimu yang di janjikan kepadamu” (Al-Anbiyaa’ :103).
“Ya Robb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi (karunia)”
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu, Wahai Dzat yang memalingkan hati, palingkan hati kami kepada ketaatan kepada-Mu
Masjid As-Salam penuh kenangan, Ramadhan1431 H
Ibnu Hanifah, editor : Eko  Setiawan


Add caption

Tidak diragukan sesungguhnya orang yang berakal dan melihat (sesuai dengan kedudukan dan kekhususannya) mengetahui bahwa umur itu singkat, hembusan nafas ada habisnya, dan sesungguhnya kematian itu datang dengan tiba-tiba.. Dokter- karena cirinya yang khusus- adalah manusia yang paling mengerti tentang hal ini, karena sesungguhnya mereka merasakannya setiap hari, bahkan dalam sehari  terkadang lebih dari satu kali mereka menyaksikan detik-detik kematian  jelas di depan pandangan mereka.
Mereka menyaksikan  detik-detik kematian datang silih berganti… sebab mereka sehari-hari hidup bersama derita orang sakit saat diambang kematiannya. Karenanya, secara tabiat jika dikaitkan dengan keumuman manusia (seharusnya) mereka adalah orang paling banyak ma’rifatnya kepada Alloh dan paling banyak rasa takutnya kepada-Nya. Akan tetapi –dengan kesedihan yang mendalam- sungguh sangat sedikit dari mereka  di zaman ini yang menaruh kepentingan besarnya sebagai seorang dokter untuk  berdakwah kepada agama Alloh.[3]
Mereka (Orang-Orang Yahudi dan Nasrani) Berangan-angan Seandainya Kalian Kafir.
Musuh-musuh Islam dengan beragam jenis mereka, warna-warna kulit mereka, dan negeri-negeri mereka, sangat berambisi menguasai ilmu kedokteran dan mencapai tingkatan tertinggi dalam bidang ini. Tidak diragukan dan disangsikan lagi, sesungguhnya tujuan terbesar mereka adalah merebut pengaruh untuk keberhasilan dakwah kepada agama mereka, atau mengeluarkan seorang muslim dari agamanya sehingga ia hidup tanpa agama.
Bacalah perkataan mereka, “Dimanapun kamu mendapati manusia, kamu akan mendapati ada penyakit, dan dimana ada penyakit, ada kebutuhan pada dokter, dan di mana ada kebutuhan pada dokter, maka di sana ada kesempatan untuk misi kristenisasi.” Demikianlah para missionaris itu mengambil kedokteran sebagai kedok untuk mendekati orang-orang sakit.
Baca juga perkataan salah seorang dari mereka, dr. Bell Harrison dalam bukunya “Dokter di Negeri Arab”, ia berkata, “Sesungguhnya seorang missionaris tidak akan rela mengembangkan rumah sakit sekalipun manfaat rumah sakit tersebut telah mencapai wilayah (Oman) seluruhnya. Sungguh kami telah didapati di negeri Arab bahwa kami menjadikan kaum laki-laki dan kaum perempuannya menjadi nasrani.”
Dia telah benar dalam perkataannya padahal dia seorang pendusta, maka sungguh dia telah menerangkan tentang satu perkara yang dia kerjakan walaupun dia mengelak dan membela diri dari hal tersebut.
Shadaqalloh… Maha benar Alloh. Siapakah yang lebih benar perkataannya dari Alloh? Siapakah yang lebih benar ucapannya dari Alloh?
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ (البقرة: 120)
“Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah ridho kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (Al-Baqoroh: 120)
Karena itu, sebagian mereka tidak akan mengobati  orang sakit selamanya kecuali   setelah menggiringnya kepada doktrin bahwa yang menyembuhkannya adalah al-Masih. Dan di negeri Habasyah (Etiopia), pengobatan tidak akan dimulai kecuali setelah orang yang sakit membungkuk dan meminta Al-Masih untuk menyembuhkannya.
Berkata Ira Haris ketika memberi arahan kepada seorang dokter yang berangkat melakukan misi kristenisasi, “Wajib atasmu mempergunakan kesempatan agar kamu sampai pada telinga dan hati kaum muslimin, maka kokohkanlah mereka dengan injil. Jangan anggap remeh (menjadi) dokter di klinik-klinik dan rumah sakit-rumah sakit karena itu merupakan kesempatan yang paling berharga. Mungkin saja setan akan menghalangimu. Setan berkata, ‘Sesungguhnya tugasmu hanya sebagai dokter, bukan kristenisasi’. Maka janganlah kamu mendengar perkataan setan tersebut”.[4]
Telah berdiri sebuah organisasi kristenisasi dengan nama Amal Keberkatan Internasional (ed-). Organisasi ini di bawah organisasi Jaringan Penyebar Berita Al-Masih yang diketuai oleh seorang missionaris Amerika bernama Bet Robertson, salah seorang kandidat pemilihan Amerika Serikat tahun 1987.  Organisasi  tersebut berdiri untuk menyediakan pesawat Lokhed (L-50-1011) (ed) untuk misi ke rumah sakit-rumah sakit. Penerbangan yang besar dengan biaya 25 juta dolar Amerika, di lengkapi dengan segala perlengkapan bedah dan obat-obatan. Penerbangan ini menjelajahi berbagai negeri  dan singgah di daerah tertentu yang telah dipilih untuk mengulurkan bantuan dan melaksanakan misinya selama satu minggu sampai sepuluh hari.
Misi ini memulai pelayanannya dengan lawakan, akan tetapi hakikat dari lawakan ini adalah mengkristenkan manusia. Sebelum memulai anamnesis dan pengobatan, seseorang akan ditanya terlebih dahulu tentang agamanya, kemudian diminta untuk mendengarkan ceramah  selama 10 menit seputar Isa Al-Masih dan agama nasrani. Tema utama adalah tentang  kedermawanan   sang juru selamat, al-Masih (menurut anggapan sesat mereka). Kemudian ia di beri buku-buku dan selebaran-selebaran dengan sembunyi-sembunyi lalu diminta untuk mempelajarinya serta hadir ke alamat yang telah ditentukan setelah beberapa hari..!!  Rumah sakit, ilmu kedokteran, adalah modal pokok kristenisasi… Apakah ummat satu milyar ini (ummat Islam) tidak mampu untuk menghadang gerakan kristenisasi semisal ini??.[5]
Inilah usaha kristenisasi pendeta nasrani dan perekrut calon-calon penginjil. Kedokteran dalam kedudukannya sebagai pekerjaan sosial yang mulia  senantiasa menjadi bidikan mereka guna merusak hati dan ruh (kaum muslimin). Mereka dengan usaha seperti ini ibarat pencuri yang memakai topeng.
Semoga Alloh merahmati Imam Syafi’i atas apa yang beliau sesali karena berpindahnya ilmu kedokteran kepada ahlul kitab, ketika beliau berbicara mengkritik orang-orang Islam (waktu itu) yang  mengentengkan ilmu kedokteran. Beliau berkata, “Mereka mengabaikan sepertiga ilmu, dan menyerahkannya  kepada orang yahudi dan nasrani”. Seakan-akan beliau mengisyaratkan pada buruknya dampak penguasaan ahlul kitab pada ilmu kedokteran, seperti berpalingnya mereka dari akhlak kedokteran dan jauhnya mereka dari akhlak dan adab yang baik. Imam Syafi’i mengucapkan perkataan ini pada zaman beliau, dimana waktu itu ahlul kitab tidak mempunyai taring dan tidak punya kekuatan, mereka tidak bisa merajalela berbuat kekejian terhadap sekeliling mereka, tidak sebagaimana keadaan mereka pada hari ini. Maka apakah kiranya yang akan beliau katakan seandainya beliau mendapati keadaan orang-orang barat seperti pada hari ini?![6]
Karenanya, bidang kedokteran adalah pintu paling luas yang dimasuki dai-dai nasrani. Mereka  masuk dari pintu ini ke negeri-negeri kaum muslimin dan selainnya untuk memurtadkan penduduknya. Tidak ada penghalang bagi orang semacam  mereka untuk berinvestasi dalam bidang kedokteran guna menyebarkan agama nasrani.
Seperti yang telah kita ketahui, sesungguhnya ribuan bahkan jutaan orang telah berpindah dari Islam menjadi nasrani lewat pintu gerbang ini. Di Indonesia adalah contoh yang jelas dari investasi busuk mereka. Mereka berdakwah kepada agama nasrani  dengan cara-cara penyesatan dan pemalsuan serta dengan penanaman modal pada sektor yang menyangkut kebutuhan orang banyak.
Jika keadaannya seperti ini, maka apakah sepantasnya tubuh-tubuh kaum muslimin bergetar jika kami katakan bahwasanya bidang kedokteran adalah arena paling luas untuk berdakwah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Seakan-akan mereka menyangka pada kami bahwa kami menginginkan agar dokter diinjak-injak dan ditinggalkan supaya dokter mau mengikuti muhadharah (ceramah agama)..!! Tidak… kami tidak menginginkan hal itu. Kami hanya menginginkan (memberi) nasehat yang baik dengan cara yang benar, memperingatkan dari perpecahan dan menunjukkan perkara-perkara  (yang baik) yang bisa dilakukan seorang dokter  atau perkumpulan dokter.
Kami berangan-angan suatu saat kami melihat bidang kedokteran adalah yang paling giat menyebarkan dakwah  dan mendorong manusia kepada kebaikan. Tidaklah kami meminta agar balai-balai kesehatan dan rumah sakit-rumah sakit diganti menjadi kamar-kamar muhadharah dan mimbar-mimbar nasehat. Kami hanya ingin agar dokter-dokter mau menginvestasikan  kedududukan mereka yang mulia (sebagai dokter) supaya mereka  berbuat  kebaikan sebatas apa yang bisa mereka lakukan dan mengurangi perselisihan sebatas kemampuan mereka. [7]
Dan yang menambah keyakinan kami akan pentingnya dakwah dalam lapangan kedokteran, dan bahwasanya rumah sakit-rumah sakit merupakan tanah yang subur untuk berdakwah adalah karena kedokteran bertalian erat dengan kehidupan manusia. Siapakah di antara manusia yang tidak pernah sakit? Siapakah di antara manusia yang kesehatan tidak terganggu akibat sakit dan kelelahan?  Semua manusia seperti itu (mengalami sakit) –kecuali yang dikehendaki Alloh-.
Karena itu Anda melihat manusia bersegera mencari penyembuhan dan sangat menginginkan obat. Mereka membayar itu semua dengan mahal. Walau demikian, semua itu masih lebih murah jika dibandingkan dengan nikmat kesehatan.[8] Musuh-musuh kita telah mengetahui hal ini, maka mereka memanfaatkannya dengan sungguh-sungguh. Tidaklah suatu negeri ditimpa bencana ataupun musibah, melainkan dokter-dokter salib itu datang memberi obat dengan satu tangannya dan salib dengan tangannya yang lain.
Inilah Problem Kita…!!
Ketika seseorang membolak-balikkan pandangannya pada rumah sakit-rumah sakit kita dan balai-balai kesehatan kita, dan ia merenungi kondisi praktek kesehatan pada hari ini, maka pandangannya akan kembali kepadanya dalam keadaan letih. Bukan karena pelayanan yang kurang pofesional, bukan karena peralatan yang kurang canggih, bukan juga karena kurangnya spesialisasi, akan tetapi karena lemahnya asas (pondasi) kesehatan kita, lemahnya system tempat kita bekerja, lemahnya aturan-aturan dan program-program kerja kita, yang kebanyakannya berisi kebijakan membangun rumah sakit-rumah sakit apa saja di negeri-negeri Islam.
Di mana pemikiran untuk membuat kebijakan yang di dalamnya terlihat ada pemisahan antara laki-laki dan wanita?? Ada tempat-tempat sholat dan yang mengarah kepadanya?? Insan kedokteran kita lebih memilih cara-cara kafir dan mengutamakan cara-cara kafir itu, dan tidak ada upaya pembersihan pangkal masalah ini guna meletakkan kuliah kedokteran  (yang  benar) di sisi kita dan mengalihkannya secara syar’i agar kuliah kedokteran menjadi Islamy.
Problem kita yang pokok pada hari ini adalah bahwa kita telah mewarisi kedokteran dari cara-cara Barat, mau tidak mau. Cara-cara Barat yang kita jiplak kita tiru secara total dalam cara dan metode pembelajaran, dalam karakter materi yang diajarkan, kemudian dalam prakteknya dan hal-hal yang lebih khusus lagi, hingga dalam cara memeriksa pasien. Barat, bagi mereka system, budaya, norma yang mereka melihat  hukum dari sudut pandang ini. Sementara bagi kita ada akidah kita, ada agama kita dan pemahaman kita tersendiri. Pengetahuan kita akan semua ini seharusnya menuntun kita untuk memperbaiki pokok dan asas terlebih dahulu. Mengapa seorang mahasiswa kedokteran (laki2) –misalnya- diharuskan menolong persalinan dan  melabrak hukum dan syariat (Islam)..?! Apakah karena  “George” dan  “Smit” telah menetapkan semua itu..?![9]
Islam menolak semua cara-cara Barat itu dari kedokteran. Juga dari dokter-dokter di mana cara-cara itu telah merasuk kuat dalam dirinya. Tidaklah ia mengetahui urusan dunia kecuali sedikit. Dan tidaklah ia mengetahui urusan akhirat kecuali sangat sedikit. Sungguh kita telah menerapkan cara-cara ini dalam kedokteran dan dokter-dokter  kita yang kita adopsi dari kedokteran barat modern. Hasilnya hanya menambah kemunduran dan kelemahan bagi kita setiap kali kita mengutamakan cara-cara ini.
Kita semua tahu bagaimana keadaan dokter dalam sejarah Islam. Bagaimana menimbang antara ilmu dan amal, dan antara budaya-budaya yang beragam dan muatan Islam yang benar, maka menjadi lengkap dan sempurna dua sifat yang terbit dari fajar Islam (menimbang ilmu dan amal, menimbang budaya lain dengan budaya Islam). Keduanya menuntut adanya kepribadian muslim yang benar. Maka peganglah dua sifat ini dalam kedokteran, karena sesungguhnya kepentingan kedokteran dan dokter adalah kerjasama yang efektif guna membentuk manusia yang sehat, apakah dengan mengobati orang yang sakit atau melindunginya dari penyakit.
Pengobatan tidak terbatas pada pemahaman arti sehat dan sakit yang sempit, akan tetapi dengan maknanya yang lengkap dan menyeluruh sebagaimana yang nampak dari pemahaman Islam. Apabila seorang dokter muslim mengetahui dengan pasti makna sehat yang luas, yang mencakup keseluruhan hidup manusia; jasmani, akal, dan rohani, akhlak dan tingkah laku, fitrah dan perbuatan yaitu “As-salaamah wa sihhah (selamat dan sehat)”, sebuah pemahaman yang unggul dibanding yang lain dari sisi keutamaan, yang mana dengannya hidup individu dan masyarakat akan baik, maka ia akan mampu mengembangkan kedokteran yang akan  menjadi pembuka dalam mengilmui kedokteran secara benar, dan menjadi cahaya yang menunjuki kehidupan manusia yang telah kelam oleh gelapnya kehidupan.[10]
Maka sepatutnya bagi dokter dan mahasiswa kedokteran setelah mendapati kenyataan ini berusaha dengan sungguh-sungguh untuk  berbenah diri, dan membangun potensi dirinya semaksimal mungkin, tidak hanya belajar kedokteran saja, akan tetapi belajar juga akhlak-akhlak kedokteran, adab-adab seorang dokter dan hal-hal yang dibutuhkan berupa bekal syar’i sebagai seorang pribadi muslim.
Janganlah seorang dokter memakai jas putih, lantas ia melepaskan diri dari semua ikatan yang dia anggap tidak ada sangkut-pautnya dengan kedokteran. Akan tetapi wajib baginya agar dengan jas putihnya menjadi seorang dokter sekaligus pendidik dan da’i yang memperbaiki (muslih) yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Maka kedokteran dan dakwah adalah dua hal yang saling terkait. Tidaklah orang nasrani lebih unggul darinya dalam hal ini.
Dokter Da’i : Dokter Muslim atau Muslim Dokter..?
 Yang pertama dan utama yang membuat dokter da’i istimewa adalah keberadannya sebagai muslim dokter, bukan hanya sebagai dokter muslim saja. Maksudnya, sebelum yang lain-lainnya, yang menjadi prioritas utamanya adalah Islam. Adapun profesi kedokteran, hanya sebagai wasilah dalam berkhidmat untuk Islam. Kemudian dia bekerja untuk dunia, menjadi prioritasnya yang kedua. Ia megetahui hal itu dari firman Alloh ‘Azza wa Jalla:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ   (الذاريات: 56)
“Dan tidaklah Aku (Alloh) menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku” (Adz-Dzaariyat: 56)
Sesungguhnya penjelasan tentang muslim dokter adalah: bahwasanya menjadi keharusan setiap dokter untuk menjadi suri teladan yang baik, menjadi contoh yang sebaik-baiknya dalam Islam dengan keberadaannya sebagai dokter. Maka alangkah buruk seandainya perkataannya berbeda dengan perbuatannya, kenyataan berbeda dengan teladan yang ia anjurkan, dan alangkah besarnya bahaya yang terjadi karena prilakunya yang  kontradiksi ini. Berbahaya di dunia bagi pasiennya, mahasiswanya, dan juga perawatnya. Belum lagi di akhirat baginya siksa yang pedih di sisi Alloh. [11]
Maka seorang muslim dokter adalah da’i ilalloh yang sesungguhnya. Ia mempunyai kedududukan yang utama. Sesungguhnya dunia tempat ia bekerja ia jadikan ladang yang besar untuk berdakwah kepada agama Alloh ‘Azza wa Jalla dan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar memperbaiki keadaan ummat manusia. [12]
Sesungguhnya dakwah ilalloh membutuhkah keikhlasan, beramal hanya untuk Alloh semata. Juga membutuhkan perbaikan, penyucian dan pembersihan jiwa. Hendaknya seorang da’i mengetahui fiqih dakwah ilalloh sesuai dengan manhaj yang Alloh syariatkan untuk hamba-hamba-Nya. Hal tersebut membutuhkan keteguhan seorang dokter untuk tetap berpegang dengan agamanya menghadapi persoalan-persoalan yang berkenaan dengan pekerjaannya sehari-sehari. Hendaknya ia banyak bertanya kepada Ahlul Ilmi sebagaimana yang Alloh firmankan;
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ   (الأنبيآء: 7)
“Maka bertanyalah kepada Ahluz-zikr (orang yang berilmu) jika kalian tidak mengetahui” (al-Anbiyaa’: 7)
Dan bermajelis dengan ulama, menghadiri sebagian halaqah ilmu dan menuntut ilmu secara khusus. [13]
Apakah itu Kesempatan Emas Bagi Dokter Muslim..?
Dalam kisah Ash-haabul Ukhdud seorang anak muda telah mendahului kita yang Alloh menjadikan baginya suatu keistimewaan. Maka sungguh dengan izin Alloh dia mampu menyembuhkan orang yang buta, orang yang terkena penyakit kusta, dan orang yang picak matanya.
Anak muda tersebut tidak mengobati seseorang kecuali setelah ia berkata kepada orang tersebut, “Apabila kamu mau beriman kepada Alloh dan masuk ke dalam agama Islam, aku akan berdo’a kepada Alloh untuk menyembuhkanmu”. Maka berimanlah seorang menteri raja yang sebelumnya buta dan banyak lagi orang-orang yang beriman kepadanya. Kemudian ia mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk meninggikan kalimat Alloh, maka masuk Islamlah penduduk desa bahkan beriman pula  penduduk satu kota seluruhnya dengan sebab seorang thabib muslim yang memanfaatkan sarana pengobatan untuk berdakwah kepada Alloh Ta’ala.
Da’i ilalloh secara umum di masyarakat menemui hambatan yang besar dan perlawanan yang keras, serta banyak orang yang menentangnya sehingga ia tidak sanggup menyampaikan maksud yang diinginkan berupa pemikiran Islam. Akan tetapi dokter, ia mempunyai kesempatan emas yang hampir-hampir kesempatan seperti itu tidak ditemukan pada orang-orang selain mereka. Dokter bekerja bersama orang (sakit) dengan kondisi mereka yang lemah. Dan orang ketika sakit atau mendekati kematiannya maka ia akan lebih banyak pasrah untuk memperkuat hubungannya dengan Alloh, berbeda dengan orang lain yang masih sehat. Disana akan nampak penerimaan mereka yang melegakan kebanyakan dokter. Keadaaan seperti ini tidak didapati oleh kaum muslimin lainnya yang sama-sama berdakwah di jalan Alloh di tempat yang berbeda.
Dari Mana Kita Memulai Mempersiapkan Dokter Da’i..?
Dari kuliah-kuliah kedokteran dimulai persiapan. Persiapan yang kami maksudkan adalah persiapan ilmu kedokteran dan persiapan dakwah untuk agama ini. Adapun yang pertama (persiapan ilmu kedokteran), maka fakultas-fakultas kedokteran kita adalah yang memegang peran paling penting. Dan adapun mengenai persiapan dakwah agama, kami harapkan persiapan ini benar-benar dikuasai oleh mahasiswa kedokteran agar ia bisa menjadi dokter da’i, bahkan menjadi seorang da’i walaupun ia masih bergelut dengan pelajarannya di bangku kuliah. Hendaknya ia faham tentang hakikat Islam, tentang akidah dan syari’at Islam, tentang akhlak, budi pekerti, maksud dan tujuan Islam. Jangan sampai semangat dakwahnya  berkobar begitu saja kemudian padam atau hanya sekedar rasa yang menyala namun tidak ada jawaban (tindakan) dalam kehidupan nyata. Akan tetapi hendaknya ia menjadi fajar yang terang di ufuk peperangan antara kebenaran melawan kebatilan, peperangan Islam melawan musuh-musuhnya. Hendaknya ia menjadi insan muslim yang berbuat dan berkata dengan akhlak Islamy.
Dosen-Dosen dan Pengelola Kedokteran  
Wajib bagi dosen kedokteran untuk menjadi teladan bagi para mahasiswa dan mahasiswinya dalam mencontohkan Islam dengan sebaik-baik contoh. Mahasiswa belajar dari mereka untuk meminta izin kepada pasien ketika hendak memeriksanya, mendoakannya, ramah dengannya dan mengelus rambutnya. Mahasiswa belajar dari mereka untuk bertanya kepada pasien tentang keadaannya, apakah sudah bersuci dan sholat?
Mahasiswa belajar dari mereka untuk menjadi lampu penerang kebaikan yang selalu mengkaitkan antara kedokteran dengan dakwah dalam setiap pelajaran, dihadapan semua pasien, dan dalam setiap pertemuan. Mahasiswa belajar dari mereka bahwa keadaan darurat itu ada batasan-batasannya maka tidak boleh menyingkap aurat kelewat batas. Mahasiswa belajar dari mereka agar menjawab adzan ketika dikumandangkan dan bersegera menunaikan shalat berjama’ah pada waktunya. Mahasiswa belajar dari mereka agar menundukkan pandangan dan berakhlak dengan akhlak  haya’ (malu). Mahasiswa belajar dari mereka sikap santun dan lemah lembut dalam bermuamalah, tersenyum, ramah, serta bermanis muka.
Hendaknya mahasiswa (juga) mengingatkan dosennya (jika ada yang salah) tentang pengaruh dari tingkah laku mereka, entah diterima ataupun tidak, karena sesungguhnya pengaruhnya sangat besar sekali. Hendaknya mahasiswa meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka dan mengingatkan mereka walupun cuma sebentar. Dan hendaklah para dosen menerima semua itu agar mereka senantiasa menjadi suri teladan yang baik karena yang senantiasa mereka lakukan adalah mengobati orang yang sedang sakit.
Jika dokter-dokter itu keluar untuk mengobati pasien yang lemah bertambah-tambah hendaklah mereka membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baik agar mereka mendapat bagian pahala mereka, juga pahala orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Ucapan dosen menempati tempat yang khusus di hati mahasiswanya. Alangkah indahnya seandainya dosen-dosen tersebut mengajarkan kepada mahasiswanya untuk berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Alangkah berpengaruhnya perkataan dosen pada mahasiswa yang suka bersolek. Alangkah berpengaruhnya perkataan mereka bagi mahasiswa yang masih suka merokok, yang melalaikan sholat atau yang suka mengumbar pandangan.
Berapa banyak dari  dosen yang merasa khawatir dengan mahasiswa dan mahasiswinya yang perangainya keras untuk menyampaikan kebenaran, dan mendakwahi mereka dengan hikmah dan menasehati mereka dengan baik. Maka hendaklah ia meredakan emosi mereka dan meluruskan bantahan mereka, menimbang kesalahan mereka di atas jalan kebaikan dan amar ma’ruf nahi mungkar. Cara terbaik menolong mereka adalah bergaul dengan mereka dengan menyelisihi (dan meluruskan) jalan mereka yang keliru dan mungkar.
Wajib bagi para dosen untuk mengingatkan mahasiswanya bahwasanya kita mewarisi kedokteran dari kedokteran barat, kita menerima dan mengadopsinya utuh. Wajib bagi kita berusaha sungguh-sungguh “meng-Islamkan” kedokteran agar praktek kedokteran mengandung nilai-nilai Islamy. Satu keharusan bagi para dosen menanamkan perkara ini dalam jiwa mahasiswanya, agar mahasiswa mementingkannya dan (menyadari bahwa) ia membawa satu kepentingan dan tujuan (meng-Islamkan kedokteran). Ia mengemban tugas untuk ikhlas dan teguh menuntut ilmu kedokteran. Di saat yang sama ia (berusaha) berkarya mandiri dan lepas (tidak tergantung) dengan lembaga-lembaga barat. Maka ia punya pemikiran sendiri dan perkumpulan sendiri yang sesuai dengan nilai-nilai dan syariat Islam yang mulia. Sehingga bebas dari taklid, membeo, dan terlalu kagum dengan model-model kedokteran barat.
Hendaknya para dosen mengajarkan para mahasiswanya agar percaya diri sebagai pribadi-pribadi muslim. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Syaikh Ali Tanthawy, “Kita punya dokter-dokter, kita punya rumah sakit-rumah sakit, dan kita punya peralatan dan sarana kesehatan. Kita punya semua itu, akan tetapi kita tidak punya kepercayaan pada diri kita sendiri. Apabila kita percaya pada diri-diri kita dan pada dokter-dokter kita, dan dokter memeriksa kembali diri-diri mereka, akan lenyap kelemahan pada diri  mereka dan menjadi sempurna keutamaan mereka, maka kami tidak akan membutuhkan dokter-dokter selain mereka. [14]
Wajib bagi para dosen dan pendidik untuk menggembleng cita-cita mahasiswa dan mahasisiwi  mereka untuk berdakwah kepada agama Alloh. Hendaknya mereka membentuk semacam perkumpulan dakwah di tengah-tengah mahasiswa-mahasiswi kedokteran.[15] Juga hendaklah dosen dan pembimbing yang terhormat bersemangat dan sungguh-sungguh menjauhkan mahasiswanya dari tempat-tempat fitnah dan syubhat. Kewajiban mereka tidak akan sempurna kecuali setelah melaksanakan semua ini.
Wajib diperhatikan oleh komite yang bertanggung jawab dalam hal pembelajaran dan pembuatan kurikulum untuk membekali mahasiswa kedokteran dengan bekal Din (agama) dan bekal dakwah, yakni berupa hal-hal yang perlu diketahui seorang dokter dalam kehidupannya sehari sehari-hari, seperti hukum-hukum seputar thaharah (bersuci), hukum-hukum seputar shalat, menghilangkan najis, hukum-hukum dari tindakan-tindakan kedokteran yang sehari-hari dilakukan, cara bergaul dan hukum-hukum tentang berbagai hal lainnya.
Dokter dalam perjalanan hidupnya butuh kefaqihan (berilmu serta pandai) menjelaskan hukum-hukum syar’i, karena dia sehari-hari berhadapan dengan orang-orang sakit yang butuh fatwa tentang thaharah (bersuci), shalat dan puasa. Sebelumnya, ia hidup dalam lingkungan yang bercampur baur sehingga ia butuh penjelasan tentang hukum-hukum bergaul dengan wanita dan orang-orang kafir dan yang selainnya. Sebagian kuliah kedokteran –alhamdulillah- menaruh perhatian besar dalam masalah ini dengan menempatkan mata pelajaran akhlaq-akhlaq Islamy dalam kurikulum pembelajarannya.
Wajib diperhatikan juga dengan seksama kebutuhan-kebutuhan belajar mahasiswi (secara khusus) dan target selanjutnya. -Sebagai contoh- hendaknya mahasisiwi kedokteran dibekali pengetahuan dan  keterampilan yang cukup tentang segala hal yang berkenaan dengan kedokteran wanita dan obstetri, tentang semua penyakit yang mungkin mengenai wanita sebagaimana halnya yang menimpa laki-laki, serta bagaimana seharusnya bergaul dengan pasien-pasien wanita tersebut.
Sebelumnya, hendaklah para mahasiswa mempelajari ilmu kedokteran (yang berkenaan dengan) wanita dan obstetri dengan kadar yang sewajarnya, tidak diharuskan mereka membuka aurat yang berat (aurat mughallazhah) seorang wanita, dan jangan sampai mereka melabrak hukum-hukum syariat dalam hal aurat dan kondisi darurat.
Sangat perlu diadakan dauroh (kajian-kajian agama) bersama para ulama yang mulia dan Tholabatul ‘Ilm (penuntut ilmu agama) dan mengadakan pertemuan terbuka dengan mereka. Perlu juga perhatian khusus untuk mengadakan musabaqah (perlombaan) menghafal Al-Qur’anul Karim, Sunnah Nabawiyyah dan matan-matan ilmiyah, dalam rangka memberi semangat kepada para mahasiswa dalam moment di mana komite-komite dakwah kedokteran bisa saling bertemu. Juga bersemangat mengadakan rihlah (safari) dan semacamnya untuk tujuan berdakwah. Dan perlu perhatian secara khusus peran dakwah mahasiswi.
Mahasiswa Kedokteran
Sesungguhnya harapan dan tujuan mempersiapkan dokter da’i adalah terbentuk mahasiswa kedokteran yang teguh dengan agamanya, merasa mulia dan kuat dengan Islam, dan ia sadar bahwa ia punya kewajiban yang tidak bisa dielakkan yang harus ia ketahui dan tunaikan. Ia sadar akan kewajibannya bahwa ia harus itqon (profesional/menguasai bidangnya) dan ikhlas serta berniat ibadah kepada Alloh dalam menuntut ilmu kedokteran ini. Amal itu hanyalah dengan niat, dan balasan yang diterima setiap orang tergantung dari apa yang ia niatkan. Ia sangat yakin bahwa ketika ia mengikhlaskan niatnya untuk Alloh semata, mengharap wajah-Nya, dan mencari keridhoan-Nya, dan mengabdikan dirinya untuk berdakwah kepada agama-Nya, maka urusannya akan dimudahkan (oleh Alloh) dari arah yang tidak disangka-sangkanya, akan diberkahi waktunya, amalnya, dan ilmunya. Ia akan senantisa diberi pahala selama ia menuntut ilmu karena Alloh dan tidak melupakan-Nya walau sesaatpun.
Wajib bagi mahasiwa kedokteran untuk mengikhlaskan niat menuntut ilmu kedokteran, benar-benar mapan dalam belajar dan beramal dan terus mengembangkan pengetahuannya dengan ilmu-ilmu baru lainnya sekalipun ia telah memperoleh tingkatan ilmiah yang tinggi. Alloh berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ  (المجادلة: 11)
“Agar Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Alloh Maha Mengetahui  apa yang kalian kerjakan” (Al-Mujadilah: 11)
Maka seorang dokter yang profesional dan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas, tidak diragukan akan lebih diutamakan dari yang lainnya. Perkataannya akan didengar, pendapatnya akan diterima. Kelebihan dan keunggulannya ini adalah modal dakwah yang sangat baik dalam muktamar-muktamar ataupun pertemuan-pertemuan ilmiah.
Inilah dua kunci…profesional dan ikhlas menuntut ilmu…..bangga dengan Islam, menjaganya, dan mereguk ilmu-ilmunya sebatas kemampuan untuk menunaikan kewajiban dakwah,  di mana kewajiban dakwah merupakan kewajiban setiap orang yang dipanggil dengan nama Islam…!!
Sesungguhnya orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang yang ada disekitarnya, tidak punya keinginan berdakwah, tidak mau menyibukkan dirinya satu jam dalam seminggu untuk menuntut ilmu syar’i dan menghafal sebagian Al-Qur’an, tidak terfikir di kepalanya berkhidmat untuk Islam lewat ilmu kedokteran ini, sekilas terlihat hidupnya tampak lapang. Akan tetapi hakikatnya ia hidup sebagai orang kecil dan mati sebagai orang kerdil. Adapun orang besar, adalah orang yang berani memikul cita-cita yang besar ini, berdakwah..!! masih adakah  tersisa waktu tidur untuknya??!  Masih adakah waktu tersisa untuk bersantai-santai??!  Masih adakah kasur yang empuk untuknya??! Sungguh Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, seorang yang benar-benar faham tentang hakikat urusan ini, maka beliau berkata kepada Ummul Mukminin Khadijah Radhiallohu ‘anha, “Telah berlalu waktu tidur wahai Khadijah“. Maka kami katakan, “Telah berlalu waktu tidur (lelap) wahai mahasiswa kedokteran
Jangan sampai kalimat dan pemaparan kami ini difahami salah sehingga membuat sebagian mahasiswa kedokteran mundur, lalu dengan cepat mereka berasumsi bahwa tidak ada waktu luang sama sekali (bagi dokter yang terjun berdakwah). (akan tetapi yang kami maksudkan :)Merupakan kewajiban setiap mahasiswa dan mahasiswi kedokteran benar-benar mempersiapkan diri mereka untuk berdakwah dalam sebagian umur yang mereka miliki, mencamkan (bahwa mereka punya) tujuan dakwah, dan menempuh jalan yang bisa mengantarkan mereka menjadi dokter muslim da’i (Yaitu):
1,- Perkara yang paling dibutuhkan oleh seorang dokter adalah kejujuran, jujur bersama Alloh dan jujur dengan dirinya sendiri. Profesional dan ikhlas beramal. Berbicara diikuti tindakan. Ia jadikan akhlak dan semangat yang tinggi menjadi kebiasaannya.
2,- Berdakwah kepada agama Alloh di atas bashirah (ilmu) adalah kewajibannya, khususnya mendakwahi orang-orang sekitarnya dan masyarakat sekelilingnya. Ia bergaul dengan orang-orang tua dan anak-anak, orang-orang baik dan orang-orang fajir, orang Islam dan orang kafir. Untuk masing-masing ada cara tersendiri untuk mendakwahi mereka, ada pintu (metode) tersendiri untuk memperbaiki kondisi mereka. Akan tetapi hendaknya seorang dokter memulai mendakwahi dan memperbaiki dirinya sendiri sebelum orang lain, agar ia senantiasa menjadi teladan dengan perbuatan dan akhlaknya.
Ada beberapa cara yang penting untuk membentuk kepribadian seorang da’i, di antaranya :
pertama: memperbaiki dan mendidik diri sendiri di atas keimanan dan ketakwaan. Sesungguhnya seorang da’i berdakwah dengan perbuatannya sebelum ia berdakwah dengan perkataannya, karena ia ibarat penawar untuk  penyakit yang banyak. Maka siapa yang tidak bersenjatakan takwa, ia tidak akan sanggup menunaikan kewajiban dakwah ini dengan baik.
kedua: wajib membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang tercela, seperti sifat tergesa-gesa,  kasar dan jahil, gegabah, penakut, pelit, malas, dan sifat-sifat tercela lain.
ketiga: hendaknya ia mempelajari ilmu syar’i yang dibutuhkan. Menuntut ilmu syar’i ada tingkatannya dan hendaklah ia tertib. Semua ilmu yang ia peroleh semata-mata karunia Alloh yang telah memberikan semangat dan kemapuan kepadanya. Barangsiapa yang Alloh menghandaki kebaikan untuknya, maka Alloh akan memahamkannya tentang agama.
keempat: hendaknya ia belajar keterampilan berkomunikasi untuk membantunya membina hubungan yang baik dengan orang lain, dan menjadikan ia pribadi yang dicintai dan disenangi orang lain.
kelima: hendaknya ia belajar cara-cara berdakwah, seperti keterampilan berdiskusi, lapang dada, peka dengan keadaan sekitar, pandai membina kerjasama, dan lain-lain.
keenam: hendaknya ia mempelajari washilah (sarana) berdakwah yang dapat membantu mempermudah penyampaian dakwah kepada masyarakat.
ketujuh: hendaknya ia belajar manajemen diri yang baik. Bagaimana seharusnya ia mengatur waktunya dan hidupnya dalam rangka berkhidmat untuk dakwah ilalloh. Sebagai contoh ia belajar manajemen waktu, manajemen organisasi, dan yang semisalnya.
Di antara perkara yang membantunya mewujudkan hal-hal di atas adalah bergaul dengan Ahlul ‘Ilmi (ulama) dan Du’at-Du’at ilalloh ‘Azza wa Jalla. Saling bekerja sama dan berlatih berdakwah. Mengunjungi yayasan-yayasan dakwah. Bersilaturrahim dengan orang-orang yang sudah lama berdakwah serta belajar dari pegalaman mereka. Selain itu, membaca tulisan-tulisan yang pernah ditulis para du’at, dahulu ataupun sekarang.
Hal yang perlu diperhatikan, bahwa da’wah ada urutan-urutan dan tingkatan-tingkatannya. Dan setiap muslim bisa berdakwah sesuai kemampuan yang Alloh berikan kepadanya. Maka bersemangatlah menggapai derajat yang tertinggi. Akan tetapi,  jangan sampai banyaknya kesulitan dan rintangan serta panjangnya perjalanan membuatmu melenceng dari jalan dakwah. Keluarkan kesungguhan dan kekuatanmu..!! Di saat yang sama, bersemangatlah meningkatkan keterampilan dan kemampuanmu.
3,- Mendakwahi teman-teman belajar. Alangakah indahnya, demi Alloh, alangakah indahnya dakwah yang lembut kepada teman-teman dan santun kepada mereka saat sama-sama belajar…benar..(dengan itu) ummat akan memperoleh sosok yang mau berbuat dan sosok dokter muslim da’i. Hendaklah mahasiswa kedokteran mengerti cara berkomunikasi dan cara berdakwah yang baik. Dan hendaknya ia mengikuti jejak para ulama yang mulia dan du’at-du’at sebelumnya serta siapa saja yang telah mendahuluinya dari para dokter da’i pemilik akhlak yang tinggi dan hati yang bersih. Sesungguhnya dakwah kepada agama Alloh ‘Azza wa Jalla tidak terbatas pada satu lingkungan saja, akan tetapi harus ada di setiap waktu dan tempat. Tidak boleh berhenti karena hal-hal tertentu. Sungguh Nabi Yusuf ‘Alaihissalam tetap berdakwah kendatipun beliau dalam penjara.
Di antara perkara yang membantu mewujudkan hal-hal di atas:
ü membentuk perkumpulan mahasiswa dan menjadikannya sebagai mimbar dakwah kepada agama Alloh ‘Azza wa Jalla.  Sarana mendakwahi mahasiswa, berkumpul dalam rangka saling memberikan motivasi. Lebih-lebih sangat baik di adakan saat liburan musim panas.
ü Mengadakan pertemuan bersama mahasiswa dan memperhatikan bakat mereka. Mengadakan perlombaan dan acara-acara yang menarik untuk mahasiswa akan tetapi bisa menjadi sarana untuk mendakwahi mereka.
ü Bergandeng tangan bersama sebagian anggota tim pembelajaran dan dokter-dokter yang peduli dengan dakwah, mengadakan pertemuan dengan mereka, dan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, serta bertukar fikiran bagaimana mengatasi banyaknya kesulitan-kesulitan (dakwah).
ü Menjadikan fakultas kedokteran sebagian tempat yang  khusus, memfokuskannya (sebagai tempat atau media yang sangat baik) untuk berdakwah kepada agama Alloh ‘Azza wa Jalla.
4,- Menghafal Al-Qur’anul Karim dan “mempersenjatai diri” dengan mempelajari ilmu syar’i sesuai kemampuan. Dengan mengahafal Al-Qur’an akan memperbaiki dan menentramkan hati, menguatkan ingatan, menghidupkan jiwa dan ruh, menghilangkah kesedihan dan kegundahan, merasakan kedekatan dengan Alloh dan harapan yang kuat akan ganjaran pahala yang ada di sisi-Nya, serta merupakan amalan untuk meninggikan agama ini dan pemeluknya.
Ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Syaikh Muhammad Ad-Duwaisy, berikut teks pertanyaannya: “Saya seorang mahasiswa fakultas kedokteran, saya berharap Alloh senantiasa menyempurnakan nikmat-Nya kepada saya. Saya menghafal Kitabulloh (Al-Qur’an) dan belajar Ilmu Syar’i. Apakah metode yang utama (yang bisa saya tempuh) ketika menghafal Al-Qur’an dan mempelajari Ilmu Syar’i? Kitab apakah yang bisa saya baca dan bisa memberi faidah dan nasehat untuk saya? Dan cara bagaimanakah yang paling afdhal memuraja’ah (mengulang-ulang atau menjaga) hafalan Al-Qur’an?
Beliau Hafizhohullah menjawab: Metode yang utama di antaranya:
  1. Bersungguh-sungguh menuntut Ilmu Syar’i. Hendaknya engkau tahu bahwa ilmu tidak akan diperoleh dengan bersantai-santai. Maka wajib bersungguh-sungguh, teguh dan sabar agar engkau mendapatkannya. Bacalah kisah-kisah para salaf, bagaiamana kesungguhan mereka yang besar ketika menuntut ilmu. Dengan membaca sejarah meraka (insya Alloh) akan semakin menguatkan tekadmu.
  2. Bergaul dan dekat dengan teman-teman yang punya kesungguhan menuntut ilmu dan saling tolong menolong.
  3. Membaca sebagian kitab-kitab yang berbicara tentang ‘Adab dan Manhaj (metode)’ menuntut ilmu, seperti kitab “Hilyah Tholabil ‘Ilmi” dan kitab “Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi” dan matan-matan lainnya yang sudah terkenal di kalangan ilmiyah. Adapun metode untuk memuraja’ah hafalan banyak dan bermacam-macam. Setiap orang punya metode sendiri-sendiri sesuai keadaannya. Semoga Alloh senantiasa memberikan taufik-Nya kepadamu. [16]
5,- Mengadakan semacam liqo’ (pertemuan) mahasiswa di musim liburan di bawah payung Fakultas, bekerjasama dengan Muassasah al-Khairiyyah al-Jami’ah di bawah bimbingan dan pengawasan dokter-dokter da’i. Dalam kegiatan ini umpamanya diisi dengan kegiatan dan acara-acara yang yang bermanfaat yang punya andil  membangun generasi dokter da’i yang selalu dekat dengan Alloh, dekat dengan Alloh saat mereka bekerja atapun saat mereka diam.
Untuk mewujudkan hal tersebut, yakni untuk sampai pada tujuan kita berdakwah kepada agama Alloh, ada beberapa jalan yang bisa ditempuh mahasiswa kedokteran. Ia bisa memilih cara yang paling cocok untuk dirinya bersama teman-temannya sesuai keadaannya:
  1. Mengadakan diskusi untuk saling bertukar fikiran dan ide-ide. Umpamanya berdiskusi bagaimana cara berdakwah yang tepat di lingkukngan rumah sakit dan fakultas kedokteran.
  2. Melatih dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan tambahan bagi mahasiswa, seperti keterampilan berbicara di depan umum, menulis (makalah-makalah dakwah ilmiah), berdiskusi, atau membuat situs dakwah di internet.
  3. Berlomba-lomba antar mahasiswa menghafal Al-Qur’anul Karim.
  4. Mengumpulkan materi-materi ilmiyah untuk di Up Load lewat situs internet yang berisi fatwa-fatwa kedokteran, berikut prakteknya dalam masalah fiqih, pembahasan ilmiah seputar akhlak-akhlak kedokteran, dan adab-adab penelitian ilmiyah. Hendaknya ada tim dokter sukarela mengisi situs ini. Di bangun Web Site yang memadai yang materinya di isi oleh dokter-dokter da’i dan dapat diambil faedah dari pembahasan mereka yang bagus dalam bidang yang khusus mereka geluti agar mereka menjadi teladan untuk generasi berikutnya. Dengan harapan memberi manfaat dari ide-ide yang banyak dan terjalin interaksi dengan mahasiswa yang sama-sama mempunyai semangat dan kepentingan dakwah dari berbagai  negeri-negeri Islam. Dan –Alhamdulillah- sebagian mahasiswa telah memulai langkah ini dengan bentuk yang cukup baik. [17]
  5. Belajar metode dakwah yang pernah sukses diterapkan dahulu ataupun sekarang.
  6. Belajar tempat-tempat atau kondisi-kondisi yang tepat untuk berdakwah dari sejarah dan mencoba mempraktekkannya.
  7. Mengunjungi yayasan-yayasan dakwah, berkhidmat dan tolong menolong bersama mereka.
  8. Mengunjungi beberapa tokoh da’i dan berdialog dengan mereka seputar dakwah.
  9. Mengadakan pelajaran dakwah dalam bahasa Inggris.
6,- Hendaknya ada semacam tim rujukan hukum syar’i dan komite dakwah di rumah sakit dan fakultas kedokteran. Tujuannya untuk membantu para mahasiswa dan para dokter menyampaikan isi fikirannya (menanyakan) tentang hal-hal yang mereka temui. Dan membantu mereka mendapatkan penjelasan hukum-hukum syar’i dengan cepat dan mudah, bentuknya bisa berupa sebuah tim yang menjembatani mereka dengan para ulama.
7,- Memanfaatkan saat-saat Co-As seperti yang dimulai pada tahun ketiga. Di mana mahasiswa berinteraksi langsung dengan pasien rumah sakit dan membaca cacatan medik rumah sakit Universitas, dengan beramar ma’ruf nahi mungkar dan menyebarkan keutamaan dan kebaikan, memperhatikan thaharah dan shalat pasien, menganjurkan berjilbab kepada pasien, pengunjung, dan teman-teman wanita dengan hikmah dan nasehat yang baik. Membagi-bagikan buletin-buletin, kaset-kaset Islamy, setelah meminta persetujuan komite yang berwenang. Maka tahun-tahun belajar ini merupakan kesempatan emas memberi manfaat dan semua kebaikan.
8,- Bersemangat menjawab panggilan adzan. Jangan sampai ada yang melalaikanmu menjawab panggilan adzan dan sholat berjama’ah. Ingatkan setiap orang yang engkau jumpai untuk mengerjakan shalat.
Mahasiswi Kedokteran.
Cukup bagi para mahasiswi kedoketeran apa yang disebutkan di atas dengan sedikit tambahan. Sesungguhnya mereka mahasiswi kedokteran berada di dermaga yang besar dan luas. Hendaklah mereka berakhlak dengan dengan akhlak haya’ melebihi wanita-wanita selain mereka.
Mereka adalah wanita-wanita yang belajar untuk memperbaiki citra dokter muslimah, dan agar mereka menjadi dokter-dokter da’iyah dengan akhlak dan perbuatannya. Berapa banyak dari mahasiswi kedokteran dengan akhlaknya, dengan sifat haya’ (malu)nya, dengan ilmunya dan kecedasannya dapat mempengaruhi orang-orang berakal… Maka mereka adalah da’iyah yang meluruskan yang senantisa menebar kebaikan di manapun mereka ada dan kemanapun mereka pergi dalam kancah dakwah wanita.
Dan ini beberapa nasehat untuk mereka,
  1. Memakai  jilbab syar’i [18] dengan sempurna, dan tetap bertahan memakai jilbab dalam segala situasi, karena berjilbab sudah tehitung berdakwah. Maka hendaklah para mahasiswi merasa bahwa ia sedang beribadah selama dirinya kembali mengenakan jilbab. Bahkan, sebagian mahasisiwi menyebut bahwa jilbabnya yang syar’i dan sempurna adalah alat dakwah yang tidak bersuara kepada pasien dan teman-teman wanitanya.
  2. Berpegang teguh dengan akhlak haya’ yang merupakan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari hal- hal yang merobek-robek akhlak haya’ tersebut. Bahkan sepantasnya bagi mahasiswi kedokteran untuk menjauh dari setiap orang yang berpotensi  melukai dan mengurangi iman. Maka jauhilah ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan) dan dosa yang ada di rumah sakit tanpa harus meninggalkan  pelajaran. Dan hendaklah pandangannya dijaga dengan adab, jangan melembutkan (memerdukan) suara saat berbicara dengan dosen-dosen mereka (untuk menghindari fitnah).
  3. Bersabar dan berharap pahala yang besar (dari Alloh) atas kesulitan-kesulitan yang mereka alami.
  4. Tetap merasa berwibawa menghadapi orang-orang mengkritiknya dalam setiap kemungkaran yang dia ingkari.   Hendaklah ia tetap teguh dalam kebenaran, tidak akan menanggalkan agamanya di manapun ia berada. Sikap cemburunya terhadap kebenaran, dan perlawanannya terhadap kemungkaran adalah agama yang dia beragama kepada Alloh dengannya dan merupakan perkara yang terpuji.
  5. Mempunyai perhatian khusus untuk menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan kedokteran wanita. Tidak hanya kedokteran wanita dan obstetri saja, akan tetapi semua penyakit-penyakit yang terjadi pada wanita dan bagaimana cara bermuamalah dengan wanita. Ia tidak masuk dalam ranah ini kecuali untuk menunaikan fardu kifayah dan memenuhi kebutuhan wanita secara syar’i akan dokter-dokter wanita muslimah.
  6. Punya perhatian khusus untuk mendakwahi teman-teman wanita lainnya, terlebih dalam masalah jilbab yang syar’i dan masalah berbicara dengan kaum laki-laki serta muamalah dengan mereka. Juga, mendakwahi pasien-pasien wanita dan menasehati mereka dari pendapat orang-orang yang menyelishi dan mengkritik jilbab syar’i mereka. Bahkan mengingatkan pekerja-pekerja di rumah sakit akan pentingnya jilbab syar’i, mengajak mereka kepada agama yang benar di tempat-tempat atau di waktu-waktu mereka bisa berkumpul, saat sarapan pagi misalnya.
  7. Bersemangat untuk tetap bisa berhubungan dengan da’iyah-da’iyah lainnya, mengambil faidah dari mereka dengan mengadakan pelajaran-pelajaran di musholla khusus wanita dan mahasiswi yang ada di rumah sakit, serta mengajak teman-teman wanita mengikuti pelajaran tersebut.
  8. Senantiasa berbuat kebaikan saat berada di dalam ataupun di luar ikatan kedokteran. Belajar dari berit-berita dan pengalaman dokter-dokter muslimah yang lebih dahulu berdakwah dan berkonsultasi dengan mereka tentang segala hal yang terjadi pada mereka.
Saudaramu Para Dokter.., Bagaimana Engkau Mendakwahi Mereka..? [19]
Jiwa para dokter adalah jiwa yang paling mudah menerima dakwah, sebgaimana terlihat banyaknya orang-orang shalih di fakultas kedokteran jika dibandingkan dengan fakultas-fakultas lain seperti fakultas adab, ekonomi, atau selainnya. Karena kedokteran dan ilmunya senantiasa mengajak untuk merenungi penciptaan manusia, sakitnya dan sehatnya, hidupnya dan matinya.
Para dokter adalah manusia yang paling tahu tentang kekuasaan Alloh menimbulkan penyakit kanker pada wanita-wanita yang tidak menikah, atau mengurutkan urat nadi yang menopang kehidupan manusia, sebagaimana ungkapan seorang penyair yang mendudukkan orang yang sakit (hatinya) dalam syairnya:
Cukuplah kematian (menjadi peringatan)
bagi orang yang masih punya angan-angan
Sudah cukup jika pada dirimu ada penyakit
melihat kematian sebagai penyembuhnya.
Mendakwahi mereka adalah kewajiban yang paling wajib sebagaimana sabda Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam : “Agama adalah nasehat“, dan mereka adalah manusia yang paling berhak menerima dakwah tersebut karena mereka adalah mitra dan teman kerja. Manusia hidup di tengah-tengah mereka lebih banyak ketimbang dia hidup bersama keluarga atau kerabatnya.
Adalah satu kejanggalan, engkau mendapati sebagian dokter-dokter yang shalih punya semangat yang berkobar (untuk berdakwah) saat bersama manusia di luar lingkungan rumah sakit, akan tetapi di saat yang sama ia tidak punya apa-apa untuk dikhidmatkah di dalam lingkungan rumah sakit, karena (ia takut) akan muncul percekcokan dengan segala bentuknya serta hal-hal negatif lainnya. Sesungguhnya mendakwahi kawan-kawan dokter itu adalah bagian dari Iqomatul Hujjah (menegakkan hujjah agar bisa menjadi alasan kelak di sisi Alloh), sebagaimana yang Alloh firmankan:
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (الأعراف: 164)
“Dan ingatlah ketika suatu ummat di antara mereka berkata: “Mengapa kalian menasehati kaum yang Alloh akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Robb-kalian dan supaya mereka bertakwa” (Al-A’raf: 164).
Dan tidak ada keraguan, bahwa tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa bersama kawan-kawan dokter tersebut tersedia pahala yang besar, karena menyebarkan kebaikan dan menghilangkan kemungkaran yang terjadi di lingkungan rumah sakit.
Di antara cara mendakwahi mereka:
-   Seorang dokter muslim meluangkan waktu khusus untuk duduk-duduk bersama mereka. Di cari waktu-waktu yang tepat untuk bertemu, jangan bertabrakan dengan waktu-waktu kerja, sehingga hak-hak pasien tidak terabaikan. Kata-kata yang di sampaikan hendaklah   kata-kata yang berguna yang banyak manfaatnya.
-   Berusaha memenuhi kebutuhan dunia mereka, seperti membantu mengasisiteni ketika bekerja, juga membantu dalam pekerjaan yang butuh untuk saling bergiliran, membantu menyelasaikan masalah-masalahnya, simpati dan menemani mereka saat-saat bersedih.
-   Memberikan teladan yang baik dalam urusan dunia dan agama.
-   Kunjungan rumah untuk menjalin kasih sayang dan persaudaraan.
-   Memberikan hadiah berupa materi seperti rekaman atau  buku-buku kedokteran atau hanya sebuah bolpoin misalnya. Dll
-   Memberikan hadiah maknawy, seperti mengingatkan mereka untuk berbuat kebaikan. Menunjuki mereka buku-buku atau terbitan-terbitan untuk mengarahkan mereka kepada kebenaran.
-   Saling menghormati, menjauhi perkara-perkara remeh yang tak berarti, menghilangkan permusuhan dalam urusan pekerjaan. Menjauhkan diri dari mencari-cari kesalahan. Beberapa perkara ini dan selainnya sepantasnya diterapkan oleh seorang da’i ketika mendakwahi teman-temannya.
Mengapa Kita Harus Optimis Akan Keberhasilan Dakwah di Rumah Sakit-Rumah Sakit..?
Dakwah di rumah sakit punya kemungkinan berhasil lebih besar dibandingkan tempat manapun selainnya. Maka wajib bagi insan-insan kedokteran optimis akan keberhasilan dakwah mereka –dengan izin Alloh-. Alasannya sebagai berikut: [20]
  1. Sesungguhnya orang-orang yang masuk lingkungan rumah sakit walupun bukan seluruhnya adalah orang-orang yang juga sering menghadiri muhadarah-muhadarah (pengajian) atau pelajaran-pelajaran agama dan melakukan shalat berjama’ah.
  2. Sesungguhnya orang yang sedang sakit berada dalam kondisi lemah, maka dia punya telinga yang terbuka mendengarkan setiap ucapan dokter kepadanya.
  3. Ketergantungan pasien dengan dokter, karenanya pasien melihat dokter sebagai penyelamat.
  4. Dari banyaknya dokter yang ada tidak ditemukan di negara ini (kerajaan Saudi Arabia) lebih dari 200 orang sebagai da’i memberi sumbangsih dalam Departemen Urusan Islam. Saat ini terdapat dokter banyak sekali, seandainya mereka menjadi dokter-dokter da’i maka sungguh kita telah melihat hasilnya.
  5. Sesungguhnya di antara manusia ada orang yang hidup menetap dan berpindah-pindah (badui). Di antara mereka ada orang yang enggan datang ke masjid (sehingga dakwah sulit sampai kepadanya). Akan tetapi sakit mengantarkannya ke rumah sakit (sehingga bisa di dakwahi).
  6. Sesungguhnya rumah sakit-rumah sakit pada asalnya bukan tempat yang dipersiapkan untuk berdakwah. (Karenanya setiap orang sakit, suka atau tidak suka dengan dakwah akan tetap datang berobat ke rumah sakit). Maka hendaklah dokter memperbagus pengobatan agar dia dapat menjadi seorang da’i yang menunaikan kewajiban agamanya.
  7. Dokter terkadang mengetahui rahasia-rahasia pasien. Perkara-perkara buruk dan maksiat yang pernah di lakukan biasanya tidak akan diceritakan oleh pasien kecuali kepada dokternya.
  8. Sesungguhnya angin dakwah yang senantiasa dihindari oleh sebagian pasien sehingga dia menjauh dari masjid-masjid dan tempat-tempat dakwah, maka sungguh seorang dokter yang pandai sekaligus da’i yang tepat bisa mendakwahi orang tersebut.
  9. Banyak dokter yang nampak dari mereka tanda-tanda kebaikan dan keshalihan.  Walaupun dia tidak berbicara, ia adalah da’i dengan kebaikan dan kesolehannya tersebut. Lalu bagaimana seandainya ia berbicara dan memperbagus bicaranya, memberi nasehat dengan sopan, dan berkata dengan kata-kata yang baik..?? Maka teladan yang baik adalah seagung-agung wasilah dakwah, saat ia diam atau berbicara, saat  berdiri atau duduk, saat tenang atau bergerak.
Pasien-Pasienmu… Bagaimana Engkau Mendakwahi Mereka..?
Harapkanlah pahala dari Alloh Semata ketika engkau mengobati mereka, karena Alloh Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا (المائدة: 32)
“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya” (Al-Maaidah: 32)
Dan sabda Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam,
مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُؤْمِنٍ كَرْبَةً مِنْ كُرُبِ الدُّنْيَا فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كَرْبَةً مِنْ كُرُبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa melapangkan dari seorang mukmin kesempitan dari kesempitan-kesempitan dunia, maka Alloh akan melapangkan darinya kesempitan dari kesempitan-kesempitan pada hari kiamat
Dan jika engkau menjadi terkenal karena berhasil mengobati mereka, maka itu semata fadl (keutamaan) dari Alloh. Jangan engkau tertipu dengan keterkenalanmu itu.
Bersabarlah atas mereka saat mengobati mereka. Di saat yang sama, jika mereka adalah orang-orang yang lebih tua umurnya, muliakanlah mereka. Dan jika anak-anak, sayangilah mereka.  Sayangilah orang-orang  yang bersedih hati karena tertimpa bencana, karena Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
فِيْ كُلَّ ذَاتِ كَبِدِ رُطْبَةٍ أَجْرٌ
Dalam setiap menghilangkan kesempitan makhluk hidup terdapat pahala”
Do’akan mereka… Juga, mintalah do’a mereka. Di antara orang-orang yang sakit tersebut, ada orang yang tidak punya apa-apa selain do’a. Dan sungguh ada di antara mereka orang yang apabila dia bersumpah atas nama Alloh, benar-benar Alloh akan menerima sumpahnya.
Nasehatilah mereka… nasehatilah mereka untuk membersihkan akidah  dari jimat, tamiimah, ahjibah (sejenis jimat juga) dan selainnya. Orang sakit yang berada dalam kondisi lemah akan menerima apapun yang ditunjukkan dokter kepadanya. Kemudian anjurkan dia untuk shalat, memakai jilbab dan sebagainya. Dan harus tertib (urut) ketika mendawahi mereka (mulai dari hal yang paling penting, kemudian yang lebih penting, kemudian yang penting dan seterusnya). Misalnya, ada seorang dokter terkadang memulai dengan menganjurkan pasien untuk tidak merokok, padahal mendakwahi pasien untuk menjauhi kesyirikan dan dosa-dosa besar seharusnya didakwahkan terlebih dahulu.
Anjurkan mereka untuk bersuci dan shalat. Ingatkan mereka dengan Alloh agar mereka menyerahkan urusan keberhasilan pengobatan kepada Alloh. Sesungguhnya dokter hanyalah sebuah sebab saja. Takdir Alloh tetap berlaku atasnya.
Tanyakan keadaan mereka di rumah. Tentang anak-anak mereka atau tentang bapak-bapak mereka. Berlemah lembutlah bersama mereka, terbuka dan lues tanpa harus terpaku dengan kontrak resmi dokter-pasien. Akan tetapi dengan syarat, jauhi kata-kata indah yang membangkitkan nafsu, karena hal itu akan menggiring ke arah perbuatan tercela.[21]
Persiapkan kaset-kaset ceramah atau buku-buku dan hadiahkanlah kepada orang-orang yang sakit itu. Memungkinkan juga seorang dokter membawa poster-poster yang berkaitan dengan penyakit pasien. Atau mungkin menunjukkan pasien buku-buku yang yang berhubungan dengan penyakitnya. Karena orang yang sedang sakit umumnya punya waktu yang cukup luang untuk membaca. [22]
Hormati pasien dan penuhi hak-haknya. Di antaranya, beritahukan pasien tentang penyakitnya dan menentukan terapi yang sesuai dengan kadar sakitnya disertai penjelasan kepada pasien. Jelaskan kepada pasien tindakan medis yang akan dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan mudah difahami, sehingga tidak terjadi salah faham dengan terlebih dahulu meminta izin pasien. Perhatikan kaidah-kaidah syar’i jika hendak menyingkap aurat wanita saat keadaan darurat. Tidak boleh menyingkap aurat baik pasien laki-laki ataupun wanita kecuali dalam keadaan darurat.
Jaga rahasia-rahasia pasien, do’akan dan ruqyah secara syar’i. Diriwayatkan dari Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha bahwa Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam menjenguk keluarganya yang sakit. Beliau mengusapnya dengan tangan kanan beliau sambil mengucapkan,
اَللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهَبِ البَأْسَ , اِشْفِ أَنْتَ الشَّافيِ  لَا شِفَاءَ   إِلَّا شِفَاؤُكَ , شِفَاءٌ  لَا يُغَادِرُ سَقَمًا“(متّفق عليه)
“Ya Alloh, Robb Manusia, hilangkanlah malapetaka, sembuhkanlah sesungguhnya Engkulah Yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan (dari) Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan sakit” (Muttafaqun ‘Alaih)
Dari Utsman Ibnu Abil ‘Ash Rodhiyallohu ‘anhu bahwasanya beliau mengadu kepada Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam tentang sakit yang dia rasakan pada tubuhnya. Maka Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,
“ضِعْ يَدَكَ عَلىَ الَّذِيْ يأْلَمُ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ : بِسْمِ اللهِ – ثَلَاثاً – وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ : أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ “[رواه مسلم]
“Letakkan tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit dan ucapkanlah ‘Bismillah’–sebanyak tiga kali-, lalu ucapkan sebanyak  tujuh kali ‘Aku berlindung dengan keperkasaan Alloh dan kekuasaan-Nya dari keburukan sakit yang aku dapati dan  aku takutkan’ “ (HR. Muslim) [23]
Ingatkanlah mereka untuk membaca Al-Qur’an, melakukan Ruqyah Syar’iyyah, dan bezikir.
Apabila ditakdirkan salah seorang pasien mendekati ajalnya, maka wajib untuk men-talqin-nya dengan kalimat syahadat “Laa Ilaaha illallohu” sungguh nabi telah bersabda,
لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“Talqinlah orang (yang hendak) meninggal (di antara) kalian dengan ‘Laa Ilaaha illallohu’
Akan tetapi men-talqin haruslah dengan kelembutan. Tidak boleh mengatakan: “Wahai Fulan, ucapkan Laa Ilaaha illalloh” karena ajalmu telah dekat”. Akan tetapi mungkin dengan mengingatkannya kepada Alloh. Apabila engkau mengingatkan kepada Alloh di sisinya maka dia akan teringat untuk mengucapkan “Laa Ilaaha illalloh”. Sekalipun dia kafir perintahkan kepadanya untuk mengucapkan “Laa Ilaaha illalloh”, karena sungguh Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada paman beliau Abu Thalib ketika Abu Thalib mendekati ajalnya,
يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ
“Wahai Paman, ucapkanlah Laa Ilaaha illalloh, satu kalimat yang dengannya aku akan jadikan hujjah untukmu di sisi Alloh”.
Dan Nabi telah berkata kepada seorang anak yahudi saat beliau Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam menjenguknya ketika anak tersebut mendekati ajalnya. Maka sang anak menengok ke arah bapaknya seakan-akan ia meminta izin darinya. Maka bapaknya berkata kepadanya “Ta’atilah Abal-Qosim (Rosululloh) wahai anakku”, maka anak tersebut menjadi Islam setelah mengucapkan kalimat syahadat. Tak lama kemudian ia meninggal dunia, maka Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ
“Segala puji bagi Alloh yang telah menyelamatkannya dari api neraka”[24]   
Harapkanlah pahala dari Alloh saat mengunjungi orang-orang yang sedang sakit itu. Sungguh para shahabat Rosullulloh sebagian mereka mengingatkan sebagian yang lain tentang hal ini.
Dalam hadits Tsuwair dari bapaknya, ia berkata, “Ali (bin Abi Thalib) memegang tanganku seraya berkata, ‘Ayo berangkat bersama kami menjenguk Hasan bin Ali’. (Maka kami berangkat). Kami mendapai Abu Musa al-’Asy’ary berada di sisi Hasan. Ali berkata kepada Abu Musa, “Apakah Engkau datang untuk menjenguk atau hanya berkunjung saja?” Lebih lanjut Ali berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُوْدُ مُسْلِماً غَدْوَةً  إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفٍ مَلَكٌ حَتَّى يُمْسِيَ  وَ  لا يَعُوْدُهُ مَسَاءً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ اَلْفٍ مَلَكٌ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيْفٌ فيِ الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang muslim menjenguk saudaranya muslim pada pagi hari melainkan 70 ribu malaikat bershalawat untuknya hingga dia memasuki waktu sore. Dan tidaklah ia menjenguk saudaranya muslim pada sore hari melainkan 70 ribu malaikat akan bershalawat untuknya hingga dia memasuki waktu pagi, dan (disediakan) baginya buah-buahan di surga” [25]
Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda,
مَنْ عَادَ مَرِيضًا مَشَى فِي خِرَافِ الْجَنَّةِ فَإِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ اسْتَنْقَعَ فِي الرَّحْمَةِ فَإِذَا خَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ وُكِّلَ بِهِ سَبْعُونَ أَلْفٍ مَلَكٌ يَسْتَغْفِرُونَ لَهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ (رواه مسلم.)
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, maka (kelak) dia akan berjalan di (sekeliling) buah-buahan surga. Jika dia duduk di sisi orang yang sakit maka dia akan diliputi dengan rahmat. Apabila dia keluar dari sisi orang yang sakit, maka akan diwakilkan 70 ribu malaikat untuk memintakan ampun baginya pada hari itu“(HR. Muslim)
Memungkinkan bagimu untuk mepergunakan beberapa rekaman yang bermanfaat supaya pasien yang tengah menunggu pemeriksaan mendengarkannya, dengan tetap diperhatikan orang-orang yang berbicara dalam rekaman punya gaya bahasa yang baik dan sopan, dengan durasi rekaman yang bervariasi di sesuaikan kondisi pasien. Jangan menyetel volume terlalu keras, matikan apabila  ternyata suara rekaman mengganggu pasien.
Dan memungkinkan juga bagimu meletakkan beberapa buku kecil yang isinya padat, temanya bemacam-macam, tentang shlalat, taubat, cinta kepada Alloh, keutamaan zikir, dan lain-lain. Atau menyiapkan poster-poster dan majalah-majalah yang bermanfaat. Atau memungkinkan juga engkau meletakkan papan di kamar tunggu yang ditulisi setiap hari satu ayat atau hadits yang menganjurkan kepada perilaku-perilaku mulia.[26] Hiburlah pasien dengan kata-kata yang baik. Seperti,
لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ  إِنْ شَاءَ اللهُ
“(Sakitmu) tidak apa-apa, sebagai pembersih (dosa) insya Alloh.”
Dan ingatkan pasien tentang keutamaan sakit, bahwa sakit sebagai kaffaroh (penebus) dan pembersih dosa bagi mereka.
Mendakwahi Kerabat Pasien
Hal-hal yang telah di sebutkan tadi juga bisa diterapkan untuk mendakwahi kerabat pasien. Seorang dokter punya keharusan duduk-duduk bersama mereka, bertatap muka dengan mereka untuk menjelaskan keadaan pasien. Kemudian memuliakan mereka disela-selai dengan memberikan nasehat kepada mereka. [27]
Bagaimana Mendakwahi Pekerja-Pekerja di Rumah Sakit..?
Yang dimaksudkan di sini adalah selain dokter. Yaitu para perawat, teknisi rumah sakit, bagian administrasi, sopir-sopir, dan selain mereka. Ada beberapa hal yang bisa di lakukan untuk mendakwahi mereka, di antaranya:
Perhatikan penempatan pekerja-pekerja tersebut, jangan anggap remeh penempatan pekerja berdasarkan jenis kelamin atau jabatan, atau selainnya.
Usahakan agar yang menjadi ketua di tiap-tiap bagian adalah orang-orang yang baik, karena mereka adalah penentu kebijakan dan pembuat keputusan. Dan terkadang Alloh memberi manfaat yang merata lewat mereka sehingga tidak banyak membuang tenaga dan waktu.
Berusaha mendakwahi pekerja-pekerja non muslim dan menyediakan buku-buku tentang Islam dan kaset-kaset ceramah untuk mereka. Muamalah dengan mereka adalah muamalah untuk mendekatkan mereka kepada Islam. Jangan buat mereka lari dari Islam. Dan sungguh usaha ini telah membuahkan hasil di beberapa rumah sakit. Kami melihat kebanyakan dari pekerja-pekerja non muslim itu masuk agama Alloh dengan berbondong-bondong. Cukup untukmu sabda Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam.
لَأَنْ يَّهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ
“Sungguh (jika) Alloh memberikan petujuk lewat dirimu satu orang laki-laki, itu lebih baik bagimu dari unta-unta merah” [28]
Berhati-hati saat bermualah dengan wanita, hindari “memperindah kata-kata” saat berbicara dengan mereka, entah untuk keperluan dakwah atau kepentingan medis sekalipun. Karena hal tersebut bisa mendorong kepada perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak terpuji, menimbulkan fitnah, atau terjadi salah faham.
Mendakwahi Pemerintah Setempat.
Mereka pemerintah setempat masuk kategori yang Rosulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam sabdakan,
إِنَّ اللهَ لَيَزِعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لَا يَزِعُ بِالْقُرْآنِ
“Sesungguhnya Alloh benar-benar mencegah (kerusakan) dengan penguasa apa yang Dia (Alloh) tidak cegah dengan Al-Qur’an.
Lewat tangan-tangan merekalah –sesudah Alloh- tercipta perbaikan, atau sebaliknya dengan sebab mereka terjadi kerusakan yang besar. Oleh karena itu, merupakan kewajiban untuk mendakwai mereka. Bisa lewat surat atau berbicara kepada mereka dengan cara-cara yang tepat dengan tetap menjaga kewibawaan mereka. Dan sudah sudah sepantasnya bagi orang-orang yang cemburu dengan agamanya dan berharap kebaikan dunia akhirat untuk saling bekerjasama dalam urusan ini, merasa takut kepada Alloh dan mengharapkan ganjaran yang ada di sisi-Nya.
Adapun orang-orang shalih dari kalangan pemerintah tersebut, maka sepantasnya untuk saling berkasih sayang dengan mereka, membantu mereka, berada di samping mereka, dan mengokohkan mereka secara maknawy.[29] Berterimakasihlah kepada mereka dan berilah mereka dukungan moril atas jasa baik mereka.
Berdakwah Tanpa Batas
 Para dokter tanpa ada batas menjelajahi bumi dari ujung ke ujung menyebarkan prinsipnya.  Namun tidak ada dokter yang lebih baik dari seorang dokter muslim da’i yang bertauhid dan memiliki  semangat menyala serta keberanian untuk berdakwah tanpa batas. Maka sepantasnya seorang dokter da’i melintasi batas tempat prakteknya, kotanya, dan negaranya untuk berdakwah dengan tetap tidak mengabaikan kewajiban dokternya dan keluarganya.
 Memungkinkan seorang dokter sehari dalam seminggu atau sehari dalam dua minggu untuk berbagi kebaikan. Seperti kegiatan sosial mengunjungi rakyat kecil. Semoga Alloh memberikan manfaat dengannya secara khusus. Kebanyakan penyakit dan sakit-sakit yang berat di derita oleh fakir miskin, maka hendaklah ia mendermakan ilmu kedokteran yang dimilikinya, mudah-mudahan Alloh memberikan naafi’ (manfaat) dengan ilmunya.[30] Dan memungkinkan juga seorang dokter mengkhususkan dua minggu dalam setahun untuk berdakwah dan memberikan pengobatan di daerah yang membutuhkan.
Sangat bagus jika dibentuk sebuah forum dokter untuk menentukan rencana-rencana rumah sakit dengan mengikut sertakan lembaga-lembaga sosial resmi. Hendaklah mereka membuat perencanaan mendalam tentang forum ini. Kemudian membentuk dewan pimpinan dan dewan penasehat,  sebagiannya dari para du’at dan sebagiannya lagi dari dokter dengan spesialisasi yang berbeda-beda. Kemudian menyusun program untuk mengunjungi negara-negara miskin dan selain negara miskin dunia, yang datanya di ambil dari pemberitaan Rabithah al-’Alam al-Islamy atau organisasi Islam lainnya. Rencana ini disempurnakan dengan menitikberatkan pada pelayanan kedokteran dan dakwah, agar dengan ini semua terwujud dakwah kepada orang-orang non muslim. Jika mereka orang-orang muslim, lepaskan mereka dari bantuan-bantuan dan monopoli  orang-orang nasrani. Hilangkan keraguan mereka tentang agama Islam ini…[31]
Seni Merubah Kemungkaran.
Ketika seorang dokter muslim melihat kemungkaran di rumah sakit atau di seputar pekerjaannya, maka dia teringat kewajiban syar’i dan rukun yang asasi, yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Maka dia berupaya mencegah kemungkaran dengan tangannya. Jika belum mampu dengan tangan maka dengan dengan lisannya. Dan jika belum mampu dengan lisan, maka dengan hatinya. Dengan satu syarat, ia lakukan semua itu dengan hikmah dan mau’izhatil hasanah (nasehat yang baik), dengan tetap santun dan lembut, dan menjauhi sikap kasar, suara keras, dan emosi agar tidak terjadi kerusakan. Seorang muslim diperintah untuk memberi nasehat dan bimbingan, adapun hasil bukan di tangannya. Sesunggahnya taufik dan hidayah hanya di tangan Alloh ‘Azza wa Jalla. [32]
Dan sisi ini membutuhkan fiqih dakwah tentang metode-metode dakwah dan beramar ma’ruf nahi mungkar, tidak diserahkan kepada ijtihad (pendapat-pendapat) pribadi. Akan tetapi wajib  semua itu sejalan dengan akhlak dan adab seorang muslim yang faham tentang agamanya, yang menyeru kepada agama Alloh di atas bashirah (ilmu).
Tidak boleh diam terhadap kemungkaran, karena hal itu akan menyebabkan kemungkaran bertambah kuat sehingga membuatmu berpaling dan menarik diri (untuk mengingkari kemungkaran tersebut) karena merasa takut akibat-akibatnya. Wallohul musta’an, hanya Alloh tempat meminta pertolongan. 
Dokter Wanita Yang Kita Inginkan
Kami menginginkannya menjadi dokter sekaligus seorang da’iyah. Apabila ia seorang dokter da’iyah muslimah, maka sepantasnya ia merealisasikan apa-apa yang telah kami paparkan di atas. Maka yang pertama kali, dia adalah seorang ‘wanita muslimah’ (sebelum sebagai dokter).
Berdakwah kepada Alloh, melaksanakan amalan-amalan Islam tidak terbatas hanya untuk kaum laki-laki saja, akan tetapi wanita juga andil untuk melaksanakan kewajiban ini, apapun kedudukannya. Wanita dalam  hal kewajiban berdakwah adalah sama seperti laki-laki. Bahkan terkadang peran wanita lebih penting, karena sesungguhnya wanita adalah sekolah pertama untuk mencetak generasi. Apabila wanita baik maka akan baiklah masyarakat.
Di antara yang menguatkan keyakinan kami akan pentingnya dan mendesaknya peran wanita dalam berdakwah adalah adanya nash-nash dari Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah yang menerangkan bahwa kaum laki-laki dan wanita sama-sama mendapat taklif (beban/kewajiban menunaikan perintah agama). Seperti firman Alloh ‘Azza wa Jalla,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (آل عمران:104)
“Dan Hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imron: 104)
Demikian juga adanya nash yang jelas dan khusus menerangkan taklif wanita dalam berdakwah, sebagaimana yang Alloh Ta’ala firmankan tentang istri-istri nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam,
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفاً خَبِيراً  .(الأحزاب:34)
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu (istri-istri Nabi) dari ayat-ayat Alloh dan hikmah (Sunnah Nabimu). Sesungguhnya Alloh adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (Al-Ahzab: 34).
Sungguh dokter wanita lebih dibutuhkan dari wanita-wanita lainnya karena mereka mempunyai ilmu paling banyak. Dan seluruh lapisan masyarakat membutuhkannya dan berbaur dengannya. Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يُنْقَصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ (رواه مسلم وابن ماجه وابوداود)
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi dari pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya”. (HR.Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dll)
Di depan telah dijelaskan, bagi seorang dokter, untuk merealisasikan kewajiban dakwah ini adalah mudah, segala puji bagi Alloh. Manusia senantiasa menerima dari dokter apa yang tidak mau mereka terima dari yang lain. Dokter, manusia akan mendatanginya tanpa harus membebani diri menyiapkan segantang emas untuk mendatangkan mereka.
Dokter wanita muslimah da’iyah senantiasa mengetahui bahwa berdak’wah kepada Alloh adalah jalannya para nabi, dan pintu pahala yang bisa dia pergunakan untuk membangun sebesar gunung pahala. Jika Alloh memberi petunjuk dengan sebab dia kepada satu orang wanita, maka itu lebih baik baginya dari unta-unta merah.
Dokter muslimah da’iyah senantiasa menyadari bahwa dunia adalah ladang untuk negeri keabadian, akhirat. Dan dia sadar bahwa semua perbuatan akan dihisab, yang kecil maupun yang besar.
Seorang dokter muslimah adalah seorang da’iyah dengan akhlaknya dan perbuatannya… adalah seorang da’iyah dengan jilbabnya dan sifat malunya… adalah seorang da’iyah dengan akhlak haya’ nya dan kesungguhannya melaksanakan perintah Ilahi tatkala ia dibebani dengan perintah itu. Ia adalah seorang da’iyah dengan lisan dan hartanya… adalah seorang da’iyah dengan kebiasaan baiknya dan keteguhannya dalam kebenaran.. dan ia tidak akan pernah rela melepaskan kebenaran itu, tidak merasa takut (berjuang) di jalan Alloh walau sekejap matapun.. ia adalah seorang da’iyah karena ia merubah kemungkaran.
Ia seorang dokter muslimah da’iyah karena menebar kebaikan dan mengajak teman-temannya berbuat kebaikan. Ia seorang dokter muslimah da’iyah karena ketawadu’annya, kemurahan hatinya, dan nasehatnya untuk pasien-pasiennya. Ia seorang dokter muslimah da’iyah karena ia sangat faham tentang hukum-hukum thaharah (bersuci) dan shalat, dan ia selalu ingat untuk memperbaharui taubatnya kepada Alloh, berlindung dan bertawakkal kepada-Nya.
Dokter muslimah da’iyah tahu bahwa tidaklah agama nasrani itu tersebar melainkan lewat sepatu-sepatu dokter. Maka ia sebagai dokter muslimah bergegas memajukan pengobatan dan berdakwah kepada agama Islam yang haq. Bahkan berusaha mendakwahi wanita-wanita non muslim yang bermuamalah dengannya.
Dokter muslimah da’iyah menyalakan lampu hidayah di tengah rintangan yang menghadang dan jalan-jalan yang rusak. Ia memulai dari dirinya, maka ia mendidik dirinya dan memperbaiki keadaannya. Senjatanya adalah takwa. Ia bersyukur atas nikmat Alloh yang memberinya hidayah dan menganugerahkan keteguhan kepadanya di zaman yang penuh dengan gelombang fitnah, fitnah syubhat dan fitnah syahwat.
Dokter muslimah da’iyah selalu berbuat yang terbaik untuk agama ini. Belajar dan mengajar, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dan ia mencurahkan jiwanya dan miliknya yang paling berharga untuk agama ini.
Dokter muslimah da’iyah meneguhkan kesabarannya bersama orang yang berdo’a kepada Robb-nya diwaktu pagi dan petang mengharapkan wajah Alloh. Dokter muslimah da’iyah menyadari bahwa sekian orang yang mengerang kesakitan akan datang menghampirinya, maka ia ingat ia adalah seorang da’iyah sebelum sebagai dokter. Bahkan dia adalah seorang da’iyah walupun masih duduk di bangku kuliah.
Dokter muslimah da’iyah mengetahui pentingnya ilmu syar’i, maka ia bergegas menuntut ilmu syar’i. Ia sadar, bahwa kapanpun ia mengikhlaskan niatnya untuk Alloh ‘Azza wa Jalla maka Alloh akan memberkahi waktu dan pekerjaannya.
Dokter muslimah da’iyah mengetahui bahwa ia dituntut untuk profesional dalam pekerjaannya. Jika dia renungkan pekerjaan ini, maka dia akan membalik pekerjaan dan belajarnya  untuk ibadah dan mencari pahala.
Dokter muslimah da’iyah mengetahui bahwa kedokteran adalah tanah yang subur untuk berdakwah, menyalakan pelita untuk memberi petunjuk orang yang bingung. Kedokteran adalah untuk ruh sebelum jasad… kedokteran untuk jiwa dan hati yang tersesat… pengobatan untuk  hati yang kacau… untuk menerangi jalan orang-orang yang bingung dengan ayat-ayat Al-Qur’an…
Dokter muslimah da’iyah adalah seorang da’iyah karena ia senantiasa menimbang dengan timbangan yang benar, dan memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya dalam kehidupannya, baik berupa ilmu atau amal. Dan ia menjaga hak-hak pasien yang bersifat pribadi yang dihadapkan kepada suaminya, anak-anaknya, atau keluarganya.
Dokter muslimah da’iyah adalah harapan ummat, maka hendaklah setiap dokter muslimah melihat dirinya, apakah benar ia termasuk dokter da’iyah harapan ummat..?? Dan hendaklah setiap dokter muslimah bersemangat mengejar apa yang selama ini telah luput darinya.
Sudahkah Anda Berfikir Bahwa Untuk Berbuat Kebaikan Tidak Terbatas Pada Praktek dan Belajar Mengajar Saja..?
Sangat banyak ide-ide dakwah yang bisa di terapkan di lingkungan rumah sakit. Kami berpandangan seandainya ditekuni oleh seseorang dengan ikhlas dan profesional, akan menghasilkan buah yang matang dengan izin Alloh. Dan tidaklah dokter-dokter dituntut melakukan semuanya karena kesibukan dan sempitnya waktu yang mereka yang miliki, akan tetapi mereka dapat memfokuskan pada hal yang mereka mampu lakukan:
ü Membagi-bagikan kaset-kaset dan buletin-buletin yang bermanfaat, membuat majalah-majalah dinding yang memuat tema-tema dakwah yang bermanfaat dan relevan, dipilih yang sesuai kondisi dan waktu.
ü Membuat perpustakan Islam kecil-kecilan,  berisi kitab-kitab, kaset-kaset, dan video kajian dalam dua bahasa, bahasa arab dan bahasa inggris, bertujuan untuk mengembangkan wawasan Islam, sarana pengajaran Islam yang benar, dan mendakwahkan Islam kepada non muslim.
ü Mengadakan semacam toko Maktabah Shautiyah Islamiyah di sebuah bilik kecil atau ruang tunggu rumah sakit  atau semisalnya. Kemudian disewakan kepada salah satu Tasjilat Islamiyah. Yang dijual di tempat ini khusus kaset-kaset Islamy, buku-buku Islam, dan majalah Islam. Ide semacam ini sangat baik insya Allohu Ta’ala.
ü Menyampaikan kalimat-kalimat nasehat di masjid atau mushalla rumah sakit dan pelajaran-pelajaran ilmiyah, mengadakan muhadharah-muhadharah, dan pertemuan-pertemuan.
ü Mengadakan pertemuan ilmiyah kedokteran yang menjelaskan tentang tujuan utama Alloh menciptakan manusia.
ü Bergandeng tangan dengan kantor-kantor dakwah dan kantor urusan transmigrasi untuk mempersiapkan muhadharah-muhadharah Islamiyah dalam dua bahasa  di aula muhadharah rumah sakit. Memungkinkan juga dikhususkan sebagian muhadharah untuk wanita dalam dua bahasa.
ü Menyiapkan kabel-kabel suara, dibentangkan ke kamar-kamar pasien untuk penyiaran Al-Qur’anul Karim. Pasien bisa mendengar lewat head phone untuk menghindari kegaduhan agar pasien lain tidak terganggu. Serta menempel jadwal acara bulanan siaran Al-Qur’anul Karim di beberapa lokasi rumah sakit. Lewat media kabel suara ini, bisa juga distel kaset-kaset ceramah  tentang keutaman sakit, keutaman bala’ dan ujian, hukum seputar orang orang sakit, hukum menziarahi orang sakit, dan tentang perkara-perkara lain yang membantu dalam urusan agama dan dunia mereka.
ü Mengadakan lomba Islamy, diperuntukkan bagi pegawai-pegawai rumah sakit untuk menggugah kesadaran mereka tentang Islam. Dan lomba yang dikhususkan untuk non muslim, berfokus menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar Islam dalam beberapa lembar kertas, bersama itu diberikan buku-buku kecil, buletin-buletin tentang Islam, atau mungkin kaset rekaman dalam bahasa mereka. Tujuannya adalah memunculkan sedikit rasa pada mereka tentang agama yang benar ini  dan secara tidak langsung mendakwahi mereka.
ü Membagi-bagikan majalah pendidikan Islam yang memuat tentang masyarakat umum, kaum terpelajar, dan profil keluarga. Menyebarkan faidah lewat cara ini membutuhkan modal dakwah yang sedikit sekali, akan tetapi hasil yang diperoleh mungkin tak kalah besarnya dari cara-cara sebelumnya, walaupun terkadang tidak nampak secara langsung. Majalah bisa dibagi-bagikan di ruang tunggu rumah sakit atau kamar pasien.
ü Meletakkan papan khusus nama-nama situs Islam di Internet, untuk mendidik pegawai-pegawai rumah sakit lewat jalur ini. Dan menunjukkan kepada pegawai non muslim  tempat-tempat pembelajaran Islam dalam bahasa mereka.
ü Memberikan hadiah persalinan. Ini mirip seperti pemberian hadiah yang pernah dilakukan sebagian jamaah di beberapa rumah sakit berupa perkakas untuk bayi dan ibu yang melahirkan. Akan tetapi ditambahi dengan kaset-kaset dan buku-buku tentang pendidikan anak dan hak-hak anak. Bahagiakan sang ibu dan suami dengan kata-kata yang menyenangkan, sepeti:
بُوْرِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ وَبَلَغَ أَشُدَّهُ وَرُزِقْتَ بِرَّهُ
“Mudah-mudahan Anda diberi berkah pada (anak) yang diberikan dan Anda bersyukur kepada Yang Memberi (Alloh). Mudah-mudahan dia  sampai usia dewasanya dan Anda dikaruniai kebaikannya”
ü Menyediakan nomor telepon khusus untuk melayani urusan syariat di rumah sakit. Pasien atau pegawai rumah sakit bisa menghubungi nomor tersebut dengan suka cita untuk meminta penjelasan tentang urusan agama mereka, sehingga pengarahan mereka menjadi sempurna. Atau memintakan penjelasan bagi mereka dengan menghubungkan mereka dengan ulama-ulama yang terpercaya.
ü Memasang jadwal waktu shalat dibeberapa tempat berbeda dirumah sakit sehingga orang-orang tahu waktu-waktu adzan dan bisa mengukur waktu istirahat dan bekerja. Diperkuat dengan membuat petunjuk arah kiblat yang benar di kamar-kamar pasien.
ü Memasang papan berisikan pelajaran ringkas tentang shalat orang sakit dan thaharahnya.
ü Mengadakan dauroh syar’iyyah untuk dokter-dokter dan perawat-perawat tentang dua fiqih, fiqih akbar (tauhid, akidah) dan fiqih ashgar, yaitu tentang hukum-hukum syariat.
ü Memberikan hadiah yang bermanfaat kepada pasien setelah mereka sembuh. Yaitu berupa buku-buku atau beletin-buletin dakwah.
Contoh Amaliyah Kedokteran Dengan Sudut Pandang Islam
ü Berdakwah kepada Alloh adalah kewajiban semua orang, terlebih-lebih dalam bidang kedokteran.
ü Bersemangat.. Tidak merasa hina menjalankan syariat-syariat Islam.
ü Mempersiapkah sebuah lajnah (komite/panitia) yang bertugas menyusun pedoman syar’i yang akan dipatuhi oleh mahasiswa kedokteran, dan menetapkan kaidah-kaidah syar’i untuk tiap tindakan kedokteran.
ü Ada upaya mengkhususkan kuliah  kedokteran wanita dan obstetri di bawah pengawasan dosen-dosen yang yang terpercaya dari sisi amanah dan keteguhannya.
ü Berusaha untuk membangun balai-balai kesehatan yang tidak ada ikhtilath di dalamnya. Melakukan pengkajian dan membuat kebijakan-kebijakan  untuk itu, dan menetapkan syarat-syarat peresmian balai kesehatan dengan perincian yang jelas.
ü Mengurangi mendatangkan dan mempekerjakan orang-orang non muslilm.
ü Memperhatikan pendatang-pendatang muslim di rumah sakit dan mengadakan pertemuan dan muktamar-muktamar syar’i untuk mereka.
ü Mendirikan kantor pelayanan agama di rumah sakit-rumah sakit. Membekali anggotanya dengan keterampilan kasar kedokteran yang syar’i, menguatkan bahwasanya tugas mereka adalah mendatangi pasien sehari-harinya dan mengajari pasien urusan agama mereka seperti thaharah, shalat, dan selainnya. Serta mendatangi orang yang berada dalam detik kematiannya (untuk untuk mentalqinnya).
ü Menguatkan dakwah. Kita akan merasa berat jika kita berdakwah sendiri-sendiri. Maka seharusnya dokter-dokter (bersama-bersama) menguatkan dan menyebarkan dakwah.
ü Membuat peraturan dan tata tertib umum yang bisa diambil faidahnya. Khususnya keharusan memakai jilbab syar’i, larangan merokok, larangan berkhalwat, larangan ikhtilath, sholat berjama’ah. Dan menerjemahkan peraturan dan tata tertib itu ke dalam bahasanya orang-orang yang bekerja di rumah sakit.
ü Bermusyawarah di antara orang-orang pilihan yang terbaik dari para dokter. Karena mengikuti kesombongan dan tipuan, akan membuahkan pendapat-pendapat yang salah yang akan merobohkan apa yang telah dibangun oleh yang lain. Alloh ‘Azza wa Jalla memerintahkan nabi-Nya Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam untuk bermusyawarah. Dia berfirman,
وشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (آل عمران: 159)
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imron: 159.) 
Harapan dan Perbuatan
Sesungguhnya apa yang telihat dan terdengar di zaman ini melapangkan dada dan menggembirakan jiwa. Yakni banyak pemuda-pemuda Islam datang belajar kedokteran secara ilmu dan amal. Maka tumbuh besarlah pemuda-pemuda itu dan berdiri kokoh di atas betisnya. Sehingga kami melihat pemuda dan orang yang shalih menduduki jabatan dan menyaingi musuh-musuh ummat. Mereka mengukuhkan bahwa mereka orang-orang yang punya kemampuan dan terpercaya dan merekalah yang lebih berhak memiliki kemampuan dan menyandang kepercayaan itu.
Mereka menggabungkan untuk pasien-pasien mereka antara kedokteran hati dan kedokteran jasad. Maka pengobatan itu manjur, hasilnya bagus dan bermanfaat. Kami bersuka cita dengan mereka. Dan hendaklah engkau merasa senang dan berbesar hati dengan sadarnya mereka itu.  Mereka berada di dermaga yang besar dan jalan yang luas. Wajib bagi kita untuk menyatukan harapan  dengan mereka dan berbagi derita dengan mereka. Semoga Alloh senantiasa menolong mereka dan meluruskan kekeliruan-kekeliruan mereka. Hendaklah mereka mengerti sesungguhnya ruang gerak mereka dibatasi (diatur syariat) dan sebenarnya kedudukan mereka tinggi (dengan aturan syari’at itu). Bahkan sesungguhnya sebagian fatwa syar’i dibangun atas lentera dan masukan yang mereka nyatakan dan mereka suarakan. [33]
Inilah sedikit dari yang banyak.  Akan tetapi hendaklah diingat oleh setiap dokter sesungguhnya Alloh menciptakannya untuk beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya kehidupan ini bukan sia-sia belaka, bukan sekedar memakai jas putih dan stetoskop. Akan tetapi, hidup adalah jihad dan ujian sampai Alloh mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya ummat ini senantiasa berharap kepada dokter agar dia membawakan agama untuk mereka -sekurang-kurangnya dalam kedokteran ini- ketika ummat-ummat kafir (saat ini) bersatu padu menyerang Islam dari busur yang satu.
Jangan dilupakan, sesungguhnya telah terjalin perjanjian dan ikatan antara dia dengan Alloh saat dia belajar di bangku kuliah untuk bersungguh-sungguh berbuat yang terbaik yang mampu dia lakukan. Ingatlah Alloh ‘Azza wa Jalla telah berfirman,
ومِنْـهُـــم مَّنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ ولَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ * فَلَمَّا آتَاهُم مِّــن فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وتَوَلَّوْا وهُم مُّعْرِضُونَ * فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وعَدُوهُ وبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ [التوبة: 75-77]
“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Alloh: ‘Sesungguhnya jika Alloh memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih’. Maka setelah Alloh memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan bepaling, dan mereka memang orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Alloh menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Alloh, karena mereka telah memungkiri terhadap Alloh apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (At-Taubah: 75-77).
          Kita berlindung kepada Alloh dari kemurkaan-Nya dan dari siksa-Nya yang pedih. [34]
Kedokteran dan Dakwah… Seiring Sejalan.
Sungguh kami mengakui kelemahan kami dan senantiasa kami memperbaharui niat ini. Sungguh kami tidak rela mencukupkan muamalah dengan orang-orang sakit itu sekedar diagnosa dan tulisan resep saja. Akan tetapi sebagaimana saudara kami seagama, hak mereka adalah hak kami dan kewajiban mereka juga kewajiban kami. Sungguh kami akan menampakkan Islam dalam penampilan-penampilan kami, dalam ucapan-ucapan kami, dalam gerak gerik dan diam kami, dalam pakaian-pakaian kami dan muamalah kami, dengan sebaik-baik akhlak dan perbaikan jiwa, agar dakwah terus berjalan di atas muka bumi.
Kami tidak lebih dari para petani… menanam benih dan menyemainya di sini dan di sana. Kami berharap kebaikan, tumbuh dan berbuah… Di saat yang sama, semoga tidak menimpa kami kekalutan fikiran, kelemahan, dan kebimbangan  yang bisa mengendorkan semangat kami. Maka di sana ada benih yang akan menumbuhkan tanaman dalam waktu yang sebentar. Di sana juga ada benih yang baik, yang pasti akan menghasilkan buah sekalipun setelah seribu tahun…
Tetapilah kesabaran… karena kesabaran adalah akhlaknya para nabi… dan adat dakwah para muslihin, “Maka bersabarlah kamu sebagaimana Ulul ‘Azmi dari rosul-rosul telah bersabar“. (Al-Ahqaf: 35). Kesabaran adalah pokok yang agung.. maka camkanlah, sesungguhnya siapa yang sampai pada kedudukan ini, yaitu kedudukan orang-orang yang sabar, sungguh ia telah mendapatkan perkara yang paling penting (yaitu kebersamaan Alloh). “Bersabarlah, sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar” (Al-Anfal: 46). Dan hendaklah kalian mengajarkan keutamaan sabar ini kepada pasien-pesien kalian.
Celaka orang yang berpaling dan lari dari berdakwah. Jangan sampai kalian merasa hina, merasa lemah, dan takut dengan cakar-cakar singa. Ada senjata penyelamat; rekaman ceramah, buku-buku agama, dan kata-kata (nasehat)… yang terpenting, jangan lemah dan jangan bimbang.
فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ. (آل عمران:146)
“Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Alloh, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Alloh menyukai orang-orang yang sabar”. (Ali Imron: 146)
Belajarlah bagaimana mengambil hati, bagaimana menjadi orang yang dicintai, bagaimana bergaul dengan manusia dengan beragam pandangan dan pemikiran mereka, bagaimana mendebat mereka, bagaimana berdiskusi dengan mereka, bagaimana membuat mereka lega dan puas. Semua itu dengan kelembutan, wajah berseri dan senyuman, kata-kata yang baik, dan memberi tanpa batas tanpa mengharap imbalan.
Kalian wajib berdakwah di atas bashirah (ilmu). Maka tuntutlah ilmu agar dakwahmu tegak di atas ilmu, keyakinan, bukti, dan dalil syar’i dan dalil aqli. Dan jadilah kalian ‘sebab’ hidupnya Sunnah dan matinya bid’ah. Renungkanlah perjalan hidup Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, beliau diperitahkan oleh Alloh ‘Azza wa Jalla untuk mengabarkan kepada jin dan manusia bahwa inilah jalan dakwah beliau.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ  (يوسف:108)
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh di atas bashirah (ilmu). Maha Suci Alloh, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf: 108)
 Kalian wajib berteman dengan orang-orang shalih yang menasehati kalian. Kalian meminta nasehat dan pertimbangan darinya dan menyabarkan kalian terhadap apa yang menimpa kalian. Hendaklah kalian berkumpul satu sama lain bertukar fikiran dan berdiskusi. Hendaklah kalian mempunyai seorang Syaikh atau Ustadz yang terpercaya, sehingga kalian bisa meminta pertimbangan dan nasehatnya memecahkan masalah yang masih samar bagi kalian .
Jangan lupakan do’a… Betapa butuhnya kalian berdiri di hadapan Alloh, berdo’a memohon rahmat, ampunan dan hidayah agar kalian senantiasa beruntung dan tidak tersesat. Jangan telantarkan pokok ini, karena do’a adalah senjata besar yang telah ditelantarkan oleh sebagian mereka yang lupa.
Jangan memandang rendah berbuat baik sekecil apapun…! jangan terburu-buru ingin memetik buahnya. Dan yakinlah, sesungguhnya buah itu akan dipetik walupun yang diterima sebagian saja.
 Ketahuilah.. sesungguhnya kalian bukanlah orang-orang yang diserahi wasiat atas manusia dan kalian tidak dihisab karena kelalaian mereka. Berdakwahlah dengan sebesar kesungguhan kalian..
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل:125)
“Serulah manusia ke jalan Robb -Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Robb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (an-Nahl: 125).
فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ  (الزمر:41)
“Maka barangsiapa yag sesat, sesungguhnya dia semata-semata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka”. (Az-Zumar: 41).
Di Tangan Kalian Kunci-Kunci Itu…
Ketahuilah, sesungguhnya aku memberatkan kata-kata ini atas kalian. Mungkin kalian telah mendengar dan membacanya di tempat yang lain selain tempat ini. Akan tetapi ini adalah kunci…. Lihatlah bagaimana dengan sebuah kunci yang kecil kita bisa membuka pintu yang besar dan kokoh…!!
Jadilah kalian orang yang bergerak bukan orang yang di gerakkan… Jadilah kalian kunci-kunci… hendaklah setiap orang dari kalian menjadi dokter sekaligus da’i… Jangan sampai ketetapan hatinya berubah karena larinya sebagian orang, atau karena kritikan dan ejekan mereka. Banggalah dan merasa mulialah… Teguhkan diri kalian di atas jalan ini. Berjalanlah di atas barakah Alloh dan bersabarlah dengan kesabaran yang baik… Kesudahan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertakwa !!
Sesungguhnya jalan dakwah ini penuh dengan duri… kerikil-kerikil tajam…. halangan dan rintangan. Permulaan itu memang sulit… sakit…dan panas. Akan tetapi yakinlah.. Sesungguhnya “akhir” akan segera terbit dengan izin Alloh.
Berkhidmadlah untuk Islam dengn fikiran-fikiran kalian… dengan tulisan-tulisan kalian… dengan waktu-waktu kalian… dengan usaha kalian… dengan ilmu kalian… dengan perbuatan kalian..
Mudah-mudahan ini menjadi nasehat untuk kalian. Aku tidak menghendaki kecuali melakukan perbaikan sebatas kemampuanku. Tidak ada taufik kecuali dengan izin Alloh. Kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-Nya aku kembali.
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ
وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَى.
“Ya Alloh.. bagi-Mu segala puji hingga Engkau ridho, dan bagi-Mu segala puji ketika Engkau ridho, dan bagi-Mu segala puji setelah keridhoan” 
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ 

Saudarimu di jalan Alloh……
Nada binti ‘Abdul ‘Aziz Muhammad Al-Yusufy



[3] Dokter dan Dakwah Ilalloh, Doktor Hasan Ali az-Zahroni. Majalah Al-Bayan Edisi 58 Jumadil Akhir 1413 H
[4] Kedudukan Ilmu Kedokteran: Abdul ‘Aziz Muhammad bin Abdillah As-Sad-han, Buku: Masalah-Masalah Kedokteran, tulisan DR. Ali bin Sulaiman Ar-Rumaikhan.
[5] Apakah orang-orang Nasrani lebih unggul: Syaikh Khalid bin ‘Abdurrahman As-Syaayi’. Risalah muktamar   ketiga dokter-dokter Haramain (Saudi Arabia). Rojab 1423 H
[6] Idem
[7] Wanita Muslimah dalam Dunia Kedokteran, Harapan & Kaidah-Kaidah. Oleh: syaikh DR. Abdulloh Wakil As-Syaikh. Muhadharah berisi daurah persiapan dakwah u/ orang kedokteran. Diselenggarakan oleh Depertemen Kesehatan Saudi Arabia lewat Muassasah Haramain Al-Khairiyyah.
[8] Kedudukan Ilmu Kedokteran: Abdul ‘Aziz Muhammad bin Abdillah As-Sad-han, Buku: Masalah-Masalah Kedokteran, tulisan DR. Ali bin Sulaiman Ar-Rumaikhan.
[9]  ”George” dan “Smith” kiasan untuk orang-orang Barat, artinya: Banyak dokter  menganggap seolah-olah apa yang dibuat dan dicetuskan orang-orang Barat mutlak lebih baik dan harus ditiru, padahal tidak demikian. Kedokteran yang dikelola sesuai syariat Islam tentu lebih baik dan lebih unggul.
Di sampaikan oleh yang Mulia DR. Ma’mun Qarmaly, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Raja Su’ud. Muktamar ketiga dokter-dokter Haramain, Rojab 1423 H
[10] Peran dokter muslim dalam menyebarkan pengajaran-pengajaran Islam: DR. Hamdi Mas’ud, Perancis (dengan perubahan)
[11]  Idem
[12]  Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid, Hafizhahulloh
[13]  Dakwah Ilalloh dalam kehidupan sehari-hari, DR. Yusuf bin Abdulloh at-Turky
[14]  Peringatan dan Nasehat At-Thanthawy, Syaikh Ali at-Thanthawy Rahimahulloh.
[15]  Seni Berdakwah Kepada Alloh di Rumah Sakit, Syaikh Abdul Malik al-Qosim. Muhadharah Muktamar ketiga dokter-dokter Haramain (Kedokteran dan Dakwah: Seiring Sejalan) 1423 H.
[16]  Web Site Syaikh Muhammad ad-Duwaisy : www.dwesh.com.
[17]  Dari situs yang baru yang sangat bagus. Sebagian mahasiswa ikut berperan membuatnya. Web site dokter da’i : www.saaid.net. Web site dokter-dokter haramain: www.dr.alharamain.org